Pengaruhnya?

29 Sep 2013

*sedang mendengarkan Keane-She has no time*

Halo semuanya, apa kabar hari minggu kalian? Saya harap baik saja.

Hari ini, akhirnya setelah sekian lama saya memotong rambut. Dan potongan kali ini adalah potongan rambut terpendek selama saya berkuliah. Yah, dikit lagi mirip Dora deh hihi. Kalau ditanya mengenai alasan, selain karena cuaca kota Makassar yang entah mengapa semakin hari semakin hot juga karena alasan perasaan.

Semenjak duduk di sekolah dasar saya sudah gemar membaca. Terutama komik serial cantik. Dan akhirnya ketika menginjak sekolah menengah lanjutan, di komik-komik serial cantik yang saya baca itu selalu menggambarkan bila seseorang mengalami patah hati maka ia akan melampiaskannya dengan memotong rambutnya. Atau yang sering saya dengar dengan memotong rambut katanya sekalian buang sial.

Diantara percaya dan tidak, saya sering melakukan itu. Kalau sedang merasa dirundung masalah, saya memotong rambut. Mungkin benar untuk membuang sial. Tapi pada saat itu saya sebenarnya masih tidak mengerti kenapa dengan memotong rambut sial itu hilang? Atau perasaan sedih itu pergi?

Well, sampai akhirnya tadi setelah memotong sangat pendek rambut ini saya baru menerka-nerka. Seperti dalam film 500 days of Summer. Dalam film itu dikatakan bahwa satu-satunya kesukaan Summer ialah memotong rambutnya sendiri, karena itu kegiatan yang tidak membuatnya terluka. 

Mungkin, dengan membuang beberapa centi dari kepala akan sedikit meringankan. Sayapun berharap agar biarlah masalah-masalah yang ada ikut tergunting bersama rambut itu. Tapi nyatanya tidak. Masalah itu tetap ada. Lalu, kemana feeling better when have a new hair cut gone? 

I do wishing that this worst feeling is gone away as easy as a cutting hair...

*take a deep sigh*

Kembali, ternyata sekali lagi masalah tidak akan hilang setelah kita potong rambut. Ia harus tetap dihadapi.


Tapi saya takut untuk menghadapinya sendiri. Dan saya rindu... rindu akan dia yang selalu ada menemani...

Akhirnya dengan potongan rambut pendek ini, saya berharap saya bisa mulai belajar menghadapi segalanya sendiri. Iya... semoga saja saya kuat, karena saya tahu ini hanya sebagian kecil dari alur dalam hidup ini yang harus dijalani...

Kamu

26 Sep 2013

Karena kamu adalah a dari setiap z ku
Dan
Akan terus menjadi titik setelah koma dalam setiap kalimatku

Tapi
Aku bisa apa?

Ketika spasi panjang memisahkan kita?


Hujan (juga) Punya Cerita Tentang Kita

15 Sep 2013




Saya baru saja selesai membaca novel diatas. Padahal novel ini sudah lama saya beli, ketika sahabat bernama sama dengan saya di makassar. Ini sabtu malam, hari dimana banyak sekali orang lebih menghabiskan waktu diluar rumah. Entah itu untuk menghabiskan waktu bersama keluarga, teman, atau menyelesaikan tugas kuliah. Yah, saya kadang merasa heran. Padahal saya tidak tahan berkutat lama dengan buku teknik praktis riset komunikasi. Tadinya saya mencari inspirasi judul tugas akhir. Maklum, ini sudah semester dumsdums glets.

Yak, kembali ke novel ini. Ceritanya ringan. Seputar kisah cinlok KKN. Membaca buku dengan alur cerita seperti ini setelah KKN malah membuat saya ingin tertawa. Iya, ada banyak sekali cerita yang hampir mirip saya rasakan ketika masa KKN kemarin. And suddenly i miss those KKN thing. Walaupun ditempatkan di daerah yang jauh pakai banget, tapi saya bersyukur teman-teman KKN saya baik-baik semua.

Oh iya, alasan saya membeli buku ini pertama karena judulnya. Hal yang benar judul itu memiliki kekuatan tersendiri. Sekali melihat judulnya, saya langsung suka. Kalimat itu mengingatkan saya pada satu orang.

Orang yang dipertemukan dengan saya tidak dalam musim penghujan. Membaca itu menyenangkan ya? Seperti mengingat kembali kenangan yang sudah lewat. Walau cerita saya dan orang ini berbeda jauh dari yang disajikan dalam novel ini, tetap saja karena judulnya saya semakin mengingatnya.

Dia orang yang baik. Iya, tidak ada orang yang tidak baik sebenarnya. Tapi ada sih, saya misalnya. Saya merasa tidak baik. Tapi syukurlah, selalu ada orang yang membuat kamu merasa lebih baik atau berusaha membuat dirimu menjadi baik. Oh iya, saya bertemu dengan dia tidak dalam musim hujan. Tapi saya sering menggodanya dengan kata hujan. Saya memiliki teman yang mempunyai sahabat yang mempelajari sastra Jepang. Dan katanya, arti nama "ame" dalam bahasa jepang itu "hujan". Saya suka sama hujan. Suka sekali. 

Saya ingat sekali waktu dibulan desember, saya bersama Vivian bermain di bawah hujan. Kami menari, berlari, saling menyipratkan air. Saya dan Vivi melakukan itu di kampus. Agak konyol untuk perempuan seusia kami melakukan hal itu di kampus. But, who's care? Kami tidak peduli tatapan orang-orang di baruga yang melihat kami melempar payung kamu. Berlari ke tangga menuju lantai dua baruga. Berbaring disana dan saling melemparkan kalimat konyol. Rasanya senang sekali. Seakan semua beban ikut luluh bersama hujan yang turun. Entah mengalir kemana. 


FYI, it's Vivi who tell my name means is rain in Japanese language. Lalu saya memberitahu orang ini arti nama saya. Hujan.

Entah darimana saya menceritakan kaitan hujan dan cerita tentang kami. Tapi yang saya ingat jelas, dia menemani saya setiap hujan tiba. Walaupun saya selalu menghujani dia dengan hal-hal yang tidak baik. Tapi entah mengapa dia tidak memilih mengembangkan payung dan tetap bertahan dengan hujan ini. Saya juga ingat suatu hari  disaat saya sedang down, dia mengantar saya pulang. Waktu itu musim penghujan. Tapi saya menolak jaket yang dia tawarkan. Kataku "ini hanya hujan!" dan wosh! kami menembus hujan itu bersama. Basah kuyub pastinya, dan esoknya saya terkena  gejala tipes. Hahaha. It's kinda funny thing you know. Atau satu kali, juga dimusim penghujan. Saat itu saya ada tugas membuat essay foto. Dan saya memilih fly over. Dia ada, tentunya menemani dengan setia. Padahal itu siang yang terik. Tapi siapa yang sangka malamnya hujan deras. Waktu itu fisik saya sedang lemah, iya sih saya berfisik lemah. Dan akhirnya saya tidak sanggup untuk berkendara sendiri pulang. Dia yang mengantar. Rela menggendong saya yang kayak karung beras ini sampai dengan selamat depan pintu rumah. 

Saya jadi mengingat banyak hal setelah melihat judul novel tersebut. Hujan selalu punya cerita tentang kami. Entah itu kisah bahagia, atau kebalikannya. 

Dan saya sangat bersyukur karena sampai hari ini saya tetap menjadi hujannya. Dan semoga saja akan terus menjadi hujannya. 






i do love rain, because you're there with me#AM
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS