Dari 05 sampai 69

26 Des 2014

Assalamualaikum, halo apakabar kalian semua? Saya harap baik saja dan tidak sedang sakit pinggang seperti yang saya alami sekarang.

Waktu memang tidak mempunyai kaki seperti manusia, tidak juga dianugerahi oleh Yang Maha Esa bentuk fisik seperti yang kita miliki. Tapi, hebatnya dia bisa lebih lincah atau gesit daripada kita yang berkaki ini. 

Oh iya, ini sudah hampir menjelang penghujung tahun. Artinya sudah sebelas bulan waktu berlalu bersama kita. Yap, hidup memang tidak akan pernah terasa sama disetiap waktunya. Tidak akan menjadi sama apa yang saya rasa dan yang kamu rasakan.

Hidup yang tidak sama lagi sedang saya jalani sekarang. Ketika akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan daratan Cendrawasih dan memilih untuk turut menambah sesaknya ibu kota. Saya bahkan masih takjub dengan keberanian ini. Entahlah, saya selalu merasa bahwa saya adalah perempuan penakut juga cengeng. Mungkin karena saya anak terakhir. Atau mungkin karena saya memang memilih untuk menjadi perempuan yang ada di dalam pikiran saya. Entahlah...

Akhir bulan Mei merupakan masa yang benar-benar sulit untuk saya. Mungkin tidak seberat karung-karung yang harus dipikul oleh para pemulung, atau mulut yang harus ditutup rapat-rapat oleh mereka yang suka berbohong. Berat saja rasanya. Bagi mereka yang bersama dengan saya ketika masa itu tiba pasti paham, walupun tidak sepenuhnya paham. Penghujung Mei benar-benar memilukan, dan ya...memalukan. 

Hidup memang tidak akan selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Bahkan ketika kebaya biru yang seharusnya bisa membanggakan kedua orangtua mu berubah menjadi pilu. Runtuhnya kebesaran hati benar-benar saya rasakan ketika itu. Masa dimana seorang yang berilmu seharusnya menjadi bijak malah berbuat sebaliknya. Mungkin saja ilmu yang orang-orang itu miliki terlalu tinggi untuk seorang Amalia Zul Hilmi memahaminya. Tapi setidaknya saya paham betul, bahwa kegagalan waktu itu merubah saya menjadi seorang yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Menjadi pengutuk, menjadi iri, dan sekaligus menyalahkan diri sendiri.

Tidak mudah untuk saya melewati bulan-bulan setelahnya. Hingga akhirnya September tiba dan toga yang sangat saya impi-impikan mendarat di atas hijab ini, terasa tidak ada gunanya lagi. Terlalu naif bila saya tidak mengatakan bahwa saya tidak bersyukur, hanya saja memang rasanya sudah hampa saat itu. Kaki yang kupunya sudah tidak ingin lagi berpijak di kota kelahiran ku sendiri.

Jakarta, Sheila On 7 pernah membuat lagu yang berjudul tunggu aku di jakarta mu. Saya juga pernah berjanji kepada seseorang untuk melangkah ke sana. Dan akhirnya burung besi menerbangkan raga ini kesana.

Saya akhirnya hidup di kota yang oleh televisi digambarkan kejam atau sesekali, mungkin lebih banyak digambarkan dengan kerlap-kerlip lampu. Kaget, mungkin itu kata yang tepat untu saya.

Ada banyak sekali kekagetan yang saya alami selama kurun waktu empat bulan ini. Mulai dari kaget kenapa banyak sekali orang yang ada di kota ini. Sampai kaget pada suatu malam saya demam dan tidak ada lagi orang tua yang bisa menjadi tempat mengeluh.

Jakarta memang keras. Tapi kadang, kerasnya Jakarta hanya seperti ombak ketika pasang tiba. 

Hidup ku tidak lagi terasa sama. Bukan lagi macetnya M'Tos yang harus dihadapi, tapi macetnya Tendean. Bukan lagi kiri daeng yang terucap, tapi mengetok langit-langit kopaja lalu turun dengan kaki kiri (karena kalau dengan kaki kanan akan terjungkal, yakinlah...)

Mungkin, dibalik kerasnya hidup disini membuat saya lebih banyak belajar selain di ruang kelas lantai 22 itu.  Seperti ketika saya menemani kakak saya untuk makan di sebuah mall, saya melihat satu keluarga yang dengan bahagianya bersantap makan bersama. Anak-anaknya bebas memilih makanan apa yang ingin mereka makan. Sampai ketika saya terbangun di  metromini 69 karena dimintai ongkos perjalanan. Kerneknya masih anak kecil, umurnya sama seperti anak yang saya lihat di keluarga bahagia tadi sorenya. Saya jadi tidak bisa tidur lagi. Malah terus menatap anak tersebut. 

Gilanya hidup. Ada yang bisa memilih sesuka hati apa yang bisa dimakan, dan ada yang harus mempertaruhkan nyawanya untuk makan apa yang bisa dibeli. 

Atau seperti pada suatu sore, saya harus rela bergelantungan dibawah ketek orang-orang yang baru pulang kerja. Kamu bisa bayangkan sendiri rasanya bagaimana. Sesak, apalagi saat lampu merah ada mobil yang mahal sekali dan hanya diisi oleh satu orang saja.

Menjadi sangat sabar dan harus maklum adalah sifat baru yang ada di diri ini. Sangat sabar ketika harus rela berdiri berjam-jam sebelum akhirnya ada yang turun dan gantian tempat duduk (mau itu di kopaja, metromini, atau busway sekalipun) sampai harus maklum ketika ada kernek yang menyebalkan atau bahkan saat menjadi minor di satu kelompok. 

Hidup memang tidak lagi sama. Seperti asap dari setiap kopaja, ada yang biasa saja dan ada yang hitam.

Hidup juga seperti itu. Kadang memang harus biasa saja dan mungkin beberapa kali harus kelam. Mungkin juga hari ini kamu naik pete-pete 05, dan besoknya kamu sudah naik metromini 69. Tidak ada yang tau kemana kaki akan membawamu. 

2014 sebentar lagi akan berlalu, tahun yang baru menanti. Hidup yang tidak akan sama setiap harinya akan selalu menjadi bagian dari hidup saya, kamu, dan semua orang. Saya harap kamu juga bisa menjad sangat sabar dan menjadi maklum. Tapi seperti yang pengamen kopaja 57 bilang "anak yatim makan tahu, rejeki mana ada yang tau". 

Semangat untuk kita semua! 

Dan kalau boleh mengutip kalimat yang pernah seseorang yang berharga di hidup saya bilang seperti ini "Pergilah kemana hati membawa mu, dan pulanglah ke tempat hati mu berada"

My Wish On This Holly Month

10 Jul 2014

Assalamualaikum, halo apa kabar semuanya? Saya harap baik saja.

Well, berhubung sekarang sedang bulan puasa I would like to say mohon maaf lahir dan bathin untuk kamu-kamu yang menjalani ibadah puasa. Semoga puasanya lancar-lancar saja eyyah.

Postingain kali ini saya mau sedikit curcol atau mungkin lebih ke my wish on this holy month. Sudah terhitung dua minggu lebih sejak saya menyelesaikan studi dan yappp sekarang saya sudah menyandang status jobless alias kurang kerjaan alias di rumah saja menunggu tujuan hidup selanjutnya datang *pardon my curcol*

Nah, ditengah kekosongan hati dan lambung ini *halah* saya jadi sering browsing. Segala jenis keyword sudah saya ketik di mbah Google. Hingga suatu hari saya berhenti pada satu keyword. It’s Nokia Lumia 1020. First saya mau nostalgia dulu ya hihi. Saya dan nokia sudah ibarat sahabat lama yang akhirnya bertemu kembali. Saya masih ingat dengan jelas handphone pertama yang diberikan oleh orang tua saya pas jaman saya SD adalah nokia 1100. Wuah, untuk ukuran anak SD pada jaman itu my phone is one of popular phone. Game snake yang unyu dan gak bikin bosan serta fitur making own ringtone juga jadi salah satu kegemaran saya selain baca kamus *trust me, baca kamus isn’t boring at all*

via Google (semoga bisa coming true secepatnya)

Saya sendiri bisa dibilang Nokia user, setelah masuk ke sekolah menengah lanjutan saya juga masih menggunakan produk nokia. Begitu juga seterusnya pas masuk SMA dan kuliah. But, unfortunetly pas semester 2 ketika saya masih kuliah my favorite Nokia hilang-raib di kelas. It’s really broke my heart. Soalnya itu adalah nokia N79, dan itu adalah gift dari orang tua saya -__-“

Akhirnya, singkat cerita smartphone lain datang silih berganti. But still, rasanya masih nokia deh yang nyangkut dihati. Ini rasanya kayak kalau kamu sudah merasa stuck sama someone, susah coy move on nya hihihi.

Okay back to Nokia Lumia 1020. Sebagai penggemar Katy Perry; yang juga menggunakan handphone ini di video clipnya saya juga jadi makin penasaran tentang produk nokia yang satu ini. Akhirnya saya mulai browsing tentang smartphone ini. And guess what? Saya kembali merasakan yang namanya love at a first sight *eciyeee*

Roar-Katy Perry (via: google)

Dengan fitur-fitur yang dimiliki oleh Lumia yang satu ini, siapa sih yang gak jatuh cinta? Bayangin aja ada smartphone dengan berat 158g, terus udah gitu lensa kameranya itu lensa zeis yang gak perlu diraguin lagi dong ya. Next, aplikasi fotografinya lengkap banget. Ini juga pas buat saya yang masih berjiwa muda (re: who’s not like photography nowadays? ;p) terus lagi nih ya, smartphone berbasis windows ini juga didukung dengan audio yang bagus. Dan yang paling saya suka ialah di nokia lumia satu ini masih ada aplikasi radio yang yah memang banyak sih pilihan aplikasi lainnya untuk mendengarkan music tapi beda dong rasanya dengar lagu di radio hehe. Kalau untuk soal ketahanan dan fleksibilitas rasanya untuk setiap produk nokia gak perlu diragukan lagi. Nokia ini tahan banget, untuk semua tipe ponselnya ya. Dan like the other smartophone, Nokia yang satu ini juga bisa memungkinkan saya untuk bergaul di jejaring social.

Oke deh, saya benar-benar in love sama nokia Lumia 1020 ini. Dan seperti yang saya bilang diawal, postingan ini jadi postingan wish saya di bulan suci ini. Yap, to have nokia Lumia 1020. Saya sih udah mulai nabung ya, dan semoga saja bisa segera bersatu kembali dengan Nokia.

Oh iya, tulisan ini saya ikutkan untuk campaign Nokia Lumia #Honestly Give Away Unik Untuk Kita. Semoga ya dewi fortuna berada di atas kepala saya dan tulisan ini, jadi mimpi saya untuk mendapatkan Nokia Lumia 1020 bisa jadi kenyataan.

Amin :)

i don't wanna miss a thing

9 Jul 2014

Jarum jam dirumah ku sudah menuju ke angka dua belas sementara warna hitam bergelayutan di luar jendela kamarku. Sedangkan jarum jam mundur satu langkah ditempatmu.

Perbedaan sudah menjadi hal yang lumrah sejak kali pertama kita memutuskan untuk berjalan bersama. Awal yang sangat tidak mudah untuk ku. Juga untuk kamu mungkin. Tetapi lagi, ternyata tidak ada yang tidak bisa dilewati dalam lembar hidup ini.
Masih jelas rasanya saat aku berbaring dibawah langit gelap berhiaskan bintang dan bulan yang mengintip. Aku yang mencuri dengar perbincanganmu dengan kawanmu, mengenai kelabunya kamu akan sesuatu yang tidak perlu dibahas lagi. Aku yang bertanya mengenai lingkaran putih diluar bulan, ketika perbincanganmu selesai; hanya untuk menutupi bahwa aku sudah mencuri dengar. Aku masih ingat malam-malam setelahnya kita masih sering membahas mengenai langit.

Hingga akhirnya kaki-kaki kita melangkah pada tempat yang selalu mendebarkan bagi kisah ini. Berat rasanya untuk membalikkan badan ketika langkah kaki mu tidak terlihat lagi. Tetapi kebalikannya, raga ini serasa sangat ringan ketika aku tahu hanyak tinggal beberapa langkah kaki lagi mata ku sudah bisa menangkap bayanganmu.

Adalah benar tidak selamanya hidup terasa manis. Aku pernah terpuruk, sangat sangat terpuruk. Hingga aku melupakan kalimat yang selama ini selalu kita umbar satu sama lain. Bahwa tidak ada kebaikan dari membenci. Dan bahwa ini hanya persoalan waktu.
Pada akhirnya, aku sadar. Bahwa aku sendiri yang memiliki prinsip “playing hard to get, any harder to let go”. So, I guess it’s the time.

Hari ini, aku kembali tersadar bahwa my worst day is better when you around me than my best day but you’re not there.

Kita memang tidak sempurna. Dan kita telah sepakat bahwa pengetahuan manusia menjadi tidak terbatas ketika mereka tidak berdiri sendiri. Maka yakinlah hari ini aku merasa tidak terbatas, because I know I have stand on the right side; it’s beside you.

Pada 1417km yang memisahkan raga kita, tidak sedikitpun aku ragu. Karena padamu yang telah kuyakini untuk selalu ada. Tidak mudah, selalu tidak ada yang mudah ketika ingin meraih mimpi. But I believe that distance is only the matter of number. Tinggal sedikit lagi ribuan kilometer ini menjadi satu diantara bahan obrolan tiap malam kita. Tinggal sedikit lagi. Dan karena ini tidak mudah, maka tetaplah menjadi kuat ketika aku mulai lemah. Tetaplah menjadi pengingat ketika aku mulai lupa. Karena aku akan melakukan hal yang sama.

Terima kasih karena telah memilih untuk setia pada perasaan yang pernah ada. Terima kasih karena tidak tertawa ketika badai air mata tidak berhenti mengalir dari pelupuk mata ini. Terima kasih karena mempunyai mimpi yang sama denganku. Tetaplah seperti itu, hingga kita berikrar untuk menjadi Rumi yang sesungguhnya.


Terima kasih, kak

Scusate

19 Mei 2014

Baiklah. 
Mari kita bersama menarik nafas lalu hembuskan bersama. Pelan-pelan, sayang.
Sudah?
Jangan menangis lagi.  Ayo tarik lagi nafasnya, kali ini lebih dalam ya, dek.
---------------------------------------------------------------------------------------------

Sesaat mata terpejam, tirai imaji membuka. Semakin ku terlelap, semakin jelas hangat senyuman. Tak ingin terjaga sampai aku pulang. Tak ingin terjaga sampai kamu pulang.

Baiklah.
Akhirnya saat dimana kita akan bertemu lagi semakin jelas.

Jelas bahwa rindu ini akan ku tuntaskan. Bila bisa akan kuhilangkan. Bila bisa, sayang.
Bahwa aku yang mungkin terdiri dari banyak sekali rasa bosan ini memiliki banyak salah kepadamu selalu merindumu.

Bahkan ketika aku ingin memintaa maaf rasanya seperti memindahkan gunung yang kita lihat bersama dan kita sepakati tampaknya sepert seseorang yang sedang tidur. Berat.

Adalah benar aku terdiri dari banyak sekali ego. Yang bahkan aku sendiri mungkin kekurangan kendali untuk menentukan kapan harus mengeluarkannya.

Maaf yang sebenar-benarnya adalah ketika aku salah tingkah dan dengan sedikit tawa bertanya kepadamu apakah kamu marah kepadaku? Akan sikapku. 

Sesuatu yang tidak kamu mengerti. Bahwa yang sebenar-benarnya jauh didalam diriku yang terdiri dari banyak-banyak sekali rasa sayang untukmu, aku menyesal.

Adalah kamu, yang kurindukan hingga bergetar.
Adalah kamu, yang kutangisi ketidakhadirannya setiap malam.
Adalah kamu, yang kubenci dengan banyak kerumitanmu.

Dan adalah aku, yang menicintai kamu dengan seluruh bagian yang dalam diriku. Baik dan buruk yang bercampur dalam aliran darahku.

Benar adalah kita, yang menjadikanku merasa satu.

Semoga Allah mempertemukan kita diwaktu yang cepat dan tepat. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk saling mengerti, untuk menuju pernikahannya yang suci. 
Dan semoga Allah melimpahkan rakhmat dan rezekinya bagi hubungan kita.

Amin.
---------------------------------------------------------------------------------------------







Maafkan aku yang tidak bisa meminta maaf kepadamu, sayang. 

Lebih dari sekadar a sampai z, Kak.

17 Mar 2014

"If time machine were exist, i would go back to that time all over again with you"

Ada yang pernah bilang padaku, bahwa menulis ialah jalan untuk mengabadi. Iya, itu benar adanya. Juga bahwa dengan foto pun kita bisa mengabadikan segala momen. Memoriku terbatas. Kadang hanya mampu mengingat masa biru dan terkadang memerah muda sendiri. Tinta ku pun mulai pudar. Saat aku ingin menumpahkan kerinduan kisah kita. Memori kecil ku terhenti pada masa dimana hanya ada lambaian tangan dan sebuah pelukan pada satu larut malam yang terekam.

Kemudian aku kembali menulis. Karena aku merindu. Rindu untuk tidak lagi berhadapan dengan sekotak besi berlayar yang bisa menampilkan sebuah wajah yang ingin kutemani di sisa hidupnya. Kamu.

Aku pernah bertanya sekali. Mengapa kita selalu tersenyum bila difoto? Pertanyaan yang akhirnya kujawab sendiri. Karena kataku, setiap dari kita ingin terlihat bahagia. Benarkah?
Aku ingin selalu bersamamu. Melewati segala memori bersama. Walaupun harus terhenti pada keharusan untuk berpisah yang katamu hanya sementara dan tidak dapat kupungkiri rasanya menyesakkan, tapi bukan berarti aku tak pernah bahagia. Bersamamu saja sudah lebih dari cukup.

Tapi manusia hanya bisa berencana. Toh pada akhirnya Tuhan juga yang mengambil alih. Kita hanya perlu berdoa, tak lupa untuk mengaminkannya.

Segala syukur kupanjatkan. Karena sepanjang kisah kita ada begitu banyak tulisan dan foto yang berhasil kita abadikan. Aku ingin mengabadi, bersama mu. Maka dari itu, aku akan selalu menulis. Beribu-ribu kalimat untuk kita. Berjuta-juta foto denganmu. Aku ingin mengabadikan kita.


Karena aku tidak sedang jatuh cinta, melainkan menjalaninya denganmu.

I MISS US

20 Feb 2014

Time flies too fast, or distance that make us separated ?

Kadang-kadang saya bertanya dalam hati. Kenapa Tuhan menciptakan jarak diantara kita? 
Beberapa diantara kita menjawab bahwa tanpa jarak segalanya akan terasa sesak (mungkin). Beberapa diantara kita mengatakan diawal dengan lantang bahwa jarak bukan masalah. 
Seperti jarak antara bumi dan langit yang berjuta-juta centimeter dan tidak ada satupun dari kita yang memprotesnya. Semua sudah terjadi dengan seharusnya (mungkin).
Beberapa diantara kita dengan lantang mengatakan bahwa jarak bukan masalah yang berarti. Ada sejuta bahkan lebih kalimat yang mungkin pada akhirnya menjadi bumerang bagi telinga kita sendiri.

Alasan jarak yang tidak berarti diawal malah menjadi salah satu alasan terbesar beberapa dari rencana menjadi berantakan. 
Ada juga ternyata beberapa dari kita berontak dengan adanya jarak. Yang awalnya menjadi sesuatu untuk diperjuangkan malah menjadi pembenaran akan perpisahan.
Seperti jarak antara bumi dan langit yang berjuta-juta centimeter dan tidak ada satupun dari kita yang memprotesnya. Semua sudah terjadi dengan seharusnya (katanya)

Saya ingin berontak, ingin teriak.

Mempertanyakan kenapa jarak yang mereka bilang untuk diperjuangkan malah kini menjadi sesuatu yang sah untuk dijalani.
Ingin rasanya menjadi belati. Yang ujungnya telah diasah sedemikian rupa hingga bisa mencabik dinginnya jarak diantara kita. Tetapi apalah daya dan kuasa makhluk yang berasal dari tanah ini? 

Apakah ini jarak? Ataukah ada yang lebih kuasa darinya? Seperti waktu. Tiga buah jarum yang bergerak teratur membuat langkah-langkah kita menjauh. Jauh. Jauh dan akhirnya tidak terjangkau lagi.

Sekali lagi, ingin rasanya menjadi penjudi. Bertaruh dengan waktu agar melepaskan jarak hingga kita tetap bersama. Sampai saat kecewa tak lagi menghalau pandangan mata kita.

Cinta Jatuh Padamu (tidak) Pada Pandangan Pertama

10 Jan 2014


Pernah aku bilang bahwa aku jatuh cinta?
 
Aku pernah, merasakan jatuh cinta. Dan bila kau tanya rasanya, akan kujawab dengan menyodorkan kopi hitam pekat tanpa gula sedikitpun didalamnya. Tidak perlu rasanya membahas apa yang telah berlalu, karena aku telah meyuratkannya jauh-jauh sebelum tulisan ini tertangkap oleh retina kalian.



Kita semua, rasanya, pernah berada pada masa dimana kelabu menjadi warna yang selalu menggelayuti hari. Dan juga, kita semua, rasanya, pernah berada pada masa dimana merah muda menjadi warna yang selalu menghiasi setiap lekuk tubuh.



Apa yang akan aku ceritakan bukanlah kisah cinta ala Disneyland. Tidak pula seperti 1001 dongeng sebelum tidur. Ini kisah tentang aku yang kelabu dan dia yang selalu membuatku merah muda.



Menceritakan tentang dia adalah hal yang selalu aku sukai. Tanpa perlu aku mengeluarkan banyak kosa kata. Ataupun membuang banyak sekali warna untuk menggambarkan betapa aku menyukainya.



Satu senyum simpul darinya mampu menyimpulkan segala kegelisahanku. Pada satu bidang terluas yang pernah kusandari, aku jatuh cinta. Benar-benar cinta.



Rasa yang selalu anggap sebuah permainan.



Aku pernah, merasakan jatuh cinta. Pada satu lelaki yang tidak bisa membahasakan setiap kegundahan hatiku. Pada setiap kalimat-kalimat pertengkaran yang selalu berakhir dengan diam. Dan aku masih jatuh cinta. Ketika satu malam aku berlari meninggalkannya. Lelaki yang selalu dengan sigapnya menahan embun yang akan mengalir tiap kali kelabu menghampiriku.



Bila saja setiap permintaan orang yang sedang jatuh cinta didengarkan. Mungkin akan ada yang meminta waktu untuk berhenti saja. Agar ia tetap bisa mengabadi bersama orang yang ia cintai disampingnya. Aku tidak. Bila saja permintaan jatuh cintaku bisa didengarkan, maka aku akan meminta untuk waktu diputar kembali. Sesal tentu. Dan aku sadar benar akan ada yang tersenyum lebar membaca kalimat sesalku ini.



Karena aku jatuh cinta, pada satu orang yang aku harap aku tidak pernah cukup takut untuk menghadapi waktu dengannya.



Tapi dengarkan aku sekali lagi…



Aku jatuh cinta padamu, walau tidak pada pandangan pertama biarkan ini menjadi selamanya.
 
 
Kembalilah……..,aku ingin pulang. Benar-benar ingin pulang.



 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS