Malam aku bercerita tentang cinta. Menilik kisah yang tak pernah aku ingin temui akhirnya. Bila diumpakan sebagai buku, akan penuh gambar berwarna. Cerah dan ceria, pula sedih dan duka. Terpaku aku oleh semilir kenangan.
Aku berpelukan erat dengannya. Kuhirup dalam kenangannya, menyenangkan tentu tapi tak selalu menenangkan. Selaksa kecupan ia daratkan, kubalas pelan. Melumat jimat selamanya, aku ingin mengabadi dalamnya. Tak ingin aku kehilangan memoar tentangnya. Jangan beri koma atau tanda seru. Kecupan tak semulus rambutnya. Sehitam alisnya, kuukir kisah sedalam matanya. Sisipkan kasih dalam bibirnya, usapkan sayang dalam dadanya yang tak lapang, tak kunjung lapang.
Ada yang berjibaku dengan jiwaku. Dosa kah itu? ataukah doa yang terselip dalam setiap bunga tidur daripada malam-malamku? Berontak ia, jauh... jauh tak dapat kujangkau. Tanganku tak sampai, apalagi kasihku.
Petikkan aku nada-nada patah hati. Kembarkan rasanya. Percuma. Tidak ada yang mengerti...
Tiga titik dalam tiga hari. Mengekalkan detik-detik kata-kata. Jangan beri aku janji atau kasih, bila tak semua ingin kau bagi.
Mengandaikan rindu sebagai bendungan. Runtuh teruntuk yang mengukir pahit, tunjukkan ia arah agar kembali.
Aku ingin kembali...
Pernah aku bilang, bahwa cemburu itu peluru. Lalu semua berhenti...begitu saja.
Oh Tuhan, betapa aku mencintai untuk terus mencintanya. Biarkan aku mengabadi, dalam setiap tarikan nafasnya. Bila itu berlebihan, setidaknya jangan tahan aku untuk terus mengasihinya dalam tiap tetes tangisku. Aku tidak ingin dilepaskan, pula tidak dengan pelepasan.
Dosa kah? Doa tentunya.
aku selalu ingin menjadi perempuan yang menyeduhkan teh disetiap fajar untukmu, maka biarkan kita menjadi kenyataan yang sesungguhnya...