via go think big |
Assalamualaikum, halo
apa kabar kalian? Semoga baik dan bahagia selalu.
Sudah lama sekali ya
rasanya sejak terakhir kali saya menulis di blog ini. Oh iya, sebelumnya saya
mohon maaf lahir dan bathin ya. Mumpung hawa-hawa ketupat dan opor ayam masih
hangat diantara kita :p, maafkan ya kalau saya ada salah yang disengaja ataupun
yang tidak disengaja :)
Well, seperti judul
diatas, tulisan kali ini saya ingin membahas mengenai quarter life crisis. Apa
itu quarter life crisis? Kenapa kita mesti mengalaminya? Apakah itu hal yang
normal? Ataukah hanya saya yang merasakan hal tersebut? Ayo ayo kita bahas
sama-sama (atau yang kali ini biarkanlah saya yang membahasnya duluan dan
silahkan kalian respon di kolom komentar di bawah)
Belakangan ini saya
sering susah untuk tidur. Walaupun pada dasarnya saya sangat suka tidur, tapi
untuk tidur di malam hari adalah kegiatan yang sulit saya lakukan belakangan
ini. Juga, belakangan ini pikiran saya jadi lebih aktif bekerja. Ada banyak
sekali kata-kata yang bekeliaran di otak ini. Mulai dari “apa yang akan terjadi
besok ya?”, “apa yang akan saya lakukan untuk masa depan saya?”, “apakah yang
saya jalani saat ini sudah benar?” “saya takut kalau sudah lulus nanti saya
tidak bisa membahagiakan orang tua”, “apakah saya sudah bahagia?”,dan “kapan jodoh ku datang ya Allah *oke yang ini
agak curhat hahaha*” dan segudang apakah-apakah lainnya yang menjerumus ke arah
ketakutan mengenai hidup yang fana ini.
Intinya, bagi saya
belakangan ini life is a bit bitchy.
Akhirnya saya ingat,
kalau saya pernah menemukan artikel mengenai quarter life crisis. Karena
penasaran akhirnya saya klik lah link artikel tersebut. Secara singkat artikel
itu membahas persis seperti perasaan-perasaan gundah-gulana yang sedang saya
alami saat ini. Tapi saya tidak puas dengan penjelasan di artikel tersebut.
Jadinya saya googling lagi, dan menemukan banyak sekali artikel mengenai
quarter life crisis. Tapi sekali lagi, tidak satupun dari artikel-artikel itu
yang menjelaskan kenapa kita mengalami quarter life crisis. Hampir semua dari
artikel itu berisikan kalimat-kalimat motivasi untuk tetap santai dalam
menjalani hidup. Karena quarter life crisis adalah hal yang sangat normal dalam
hidup. Blah, yang saat ini saya cari itu penjelasan, bukan pembenaran -_-
Oh iya, sebelum terlalu
jauh melangkah kita harus tahu dulu apa itu quarter life crisis?
Jadi, according to Wikipedia
quarter life crisis is period life ranging from twenties to thirties in which
person start to feel doubtful about their own lives brought on by stress of
becoming an adult.
Secara singkat kita
dapat mengartikan quarter life crisis adalah fase yang dialami oleh mereka yang
berusia 20-30 tahunan yang mulai mempertanyakan mengenai hidup dan cenderung
mengalami stress karenanya. Kalau kamu berumur 20-30 tahun dan mulai
mempertanyakan hidup, mulai merasa ditinggalkan oleh teman-teman yang entah
karena mereka sudah memiliki kesibukan masing-masing ataupun sudah sibuk
ngurusin rumah tangga sementara kamu masih gitu-gitu aja atau kamu mulai
mempertanyakan maka kebahagiaan yang hakiki itu apa, well… welcome to the club.
Oke, seperti yang saya katakana
pada paragraf sebelumnya. Ada banyakkkkk sekali artikel mengenai quarter life
crisis, tapi sayangnya semua berakhir pada kalimat motivasi yang meyakinkan
kita untuk tetap santai dan tenang dalam menjalani hidup.
Saya setuju sih untuk
tetap tenang dalam menjalani hidup, tapi santai? Saya rasa tidak. Satu-satunya
alasan mengapa quarter life crisis is good for us adalah dengan mengerti dan
memahami fase kehidupan ini kita bisa bersiap dalam menjalani hidup. Kadang
memang seru aja menjalani hidup dengan penuh spontanitas, tapi untuk beberapa
hal, dude, we should have a plan.
Seharusnya quarter life
crisis sudah dimengerti oleh para remaja, kenapa? Ya supaya mereka gak kaget
pas di usia segitu hidup tidak seseru film-film romantic comedy yang sering
kita tonton. Dengan memahami quarter life crisis setidaknya kita bisa
berjaga-jaga untuk tetap bisa survive dalam menjalani hidup. Karena seperti
yang bapak dosen saya bilang pas mata kuliah crisis management, crisis itu bisa
terjadi karena tidak menaati aturan yang ada. Untuk hal ini mungkin peraturan
yang dimaksudkan ialah aturan-aturan atau budaya yang sudah melekat dengan diri
kita sejak lahir. Tetapi, pada dasarnya crisis dapat diprediksi. Bagaimana? Ya dengan
menganalisis aturan mana yang kita langgar hingga crisis itu bisa terjadi.
Lagipula crisis itu ada tahapannya, jadi kita makin mudah untuk mengaturnya
*cihuy*.
Tahapan pertama dalam
masa crisis adalah pre-crisis, yang dimana pada masa awal ini crisis belum
terlihat tapi sudah bisa dirasakan. Ya seperti kita mulai berpikir apa yang
salah dengan diri atau apa yang kurang dari hidup ini. Lalu selanjutnya, acute
crisis stage; ini adalah masa dimana crisis sudah mulai dapat dilihat, seperti
kita mulai menyadari kalau teman yang sering ajak keluar atau nongkrong bareng
ya itu-itu aja. Atau ketika diajak kemana-kemana kita lebih memilih untuk kerja
ya karena ada sesuatu yang kita kejar. Dan yang terakhir itu adalah post crisis
stage ini adalah fase akhir dalam crisis itu. Akhirnya kita bisa tenang dan
bisa kembali fokus dalam menjalani hidup.
Dalam menjalani quarter
life crisis, kita perlu rencana untuk menyelesaikannya. Karena sekali lagi,
buat saya quarter life crisis hadir bukan untuk dibenarkan tetapi hadir untuk
membuat kita lebih sigap dan dewasa dalam menjalani hidup. Dengan mulai
mengumpulkan fakta-fakta hidup, membuat rencana hidup jangka pendek dan
panjang, dan tidak lupa berdoa serta 2,5% bagi fakir miskin, insya Allah semuanya
akan kembali lancar :p
Bagi saya, kita perlu
membuat life crisis management plan, karena dengan demikian kita dapat mencegah
kemungkinan buruk yang bisa menimpa hidup kita.
Walaupun teori yang
diatas itu sebenarnya step-by step untuk mengatasi krisis dalam perusahaan,
tapi sebagai manusia yang muda dan kreatif semuanya bisa kan dicocok-cocokkan
(mungkin inilah yang dinamakan cocokologi haha)
Yah seperti itulah,
saya sendiri sudah berusia 23 tahun. Dan baru menyadari kalau saat ini sedang
mengalami quarter life crisis, makanya jadi heboh gini. Sedihnya saya tidak
mempersiapkan diri ini lebih awal, tapi setidaknya tidak ada kata terlambat kan
untuk memulai membuat crisis life strategic and management plan supaya tidak tersesat
dan tak tahu arah jalan pulang.
Saya harap kalian juga
sudah siap dalam menjalani fase kehidupan ini. Karena setelah itu, ternyata
masih ada fase selanjutnya. Yaitu midlife crisis. Tapi natilah kita bahas itu,
setelah kita akan mendekati usia 40 tahun. Atau kalian sudah penasaran seperti
saya, go gooling and you can find a tons of article about it. Tapi jangan
kecewa kalau kebanyakan dari mereka hanya sebatas menyemangati karena pada
dasarnya hanya kita yang bisa membuat keputusan dalam hidup kita ini. Jadi
lebih beranilah untuk membuat rencana hidup (lah ini apa namanya kalau bukan
kalimat motivasi juga? -____-“)
Sudah ya, semoga
tulisan ini bermanfaat. Ini sudah lewat tengah malam dan saya sudah harus
berusaha lebih giat lagi supaya bisa secepatnya tertidur.
Until we meet again :)