Hari ini merupakan hari pengumuman tes JNS UNHAS, yah hari ini membuatku teringat pada hari yang sama tahun lalu.
Aku ingin berbagi ingatan dan pengalamanku pada kalian teman-teman.
****
Tahun lalu,aku telah menamatkan pendidikan sekolah menengah atas. Layaknya mereka yang telah melepaskan seragam sekolah, tentunya aku juga ingin melanjutkan pendidikanku ke bangku kuliah.
Awalnya aku mengikuti tes masuk institut telkom (maaf bila aku salah menyebut nama perguruan ini) bersama beberapa temanku. Impianku saat itu ialah aku ingin bersekolah di daerah lain. Berkelana ke tanah orang nampaknya menyenangkan pikirku saat itu.
Rasa deg-deg an menghampiriku pada saat detik-detik pengumuman. Dan, akhirnya berakhir oleh tangisanku setelah aku mendapati bahwa aku tidak dinyatakan lulus untuk melanjutkan pendidikanku di tempat itu.
****
Aku pun bersedih. Tetapi di tengah kesedihanku teman-temanku selalu setia menghiburku. Dan jadilah aku bersemangat lagi. Kemudian, aku dan seorang sahabatku memutuskan untuk mengikuti SMUP UNPAD.
Dengan semangat 45' aku mengurus berbagai keperluan untuk mengikuti tes tersebut.
Lalu, aku dan sahabatku itu berada di Jakarta, tempat kami akan menjalani ujian masuk UNPAD.
Saat itu aku benar-benar berharap dapat dinyatakan lulus untuk masuk universitas wilayah 1 tersebut.
Namun, aku kembali bersedih. Dikarenakan pada saat pengumuman, kembali aku tidak dinyatakan lulus.
****
Bumi menjadi gelap bagiku saat itu. Langit tampak terus berkabut dan membuat hatiku menjadi kalut.
Aku menjadi bingung akan diriku sendiri. Sebegitu bodohnyakah diriku hingga setiap ujian yang ku ikuti tidak ada satupun yang menyatakanku lulus?
Tetapi, para sahabatku dalam usaha menyemangatiku mengatakan bahwa mungkin belum saatnya aku merantau.
****
Kemudian, aku dan para sahabatku memutuskan untuk mengikuti SNMPTN. Aku memilih untuk mengikuti ujian SNMPTN lokal di bandung demi mewujudkan keinginanku berkuliah di sana. Aku tentunya merasa bersyukur mempunyai kedua orang tua seperti orang tua ku. Dengan lapang, mereka membiayai dan menemaniku hingga di daerah yang tak pernah ku tapaki sebelumnya.
****
Kali ini aku sangat bersungguh-sungguh menjawab setiap soal yang di ujikan. Tentunya aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Mereka telah banyak berkorban, baik materi maupun non-materi.
Sebulan kemudian, dengan bermodalkan doa orang tua dan harapan yang besar, kembali aku membuka web site pengumuman SNMPTN.
Lagi, aku berlinangan air mata. Dengan terisak aku meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tuaku. Lagi, aku tidak dinyatakan lulus untuk menjadi mahasiswi baru di UNPAD.
Aku jadi ingat lagi, saat pengumuman telah di terbitkan, aku dan para sahabatku melakukan convrency call, kami saling menertawakan satu sama lain karena ternyata di antara kami tidak satupun yang dinyatakan lulus ujian SNMPTN. Tawa kami murni dari hati, bahkan akupun hanya sebentar meneteskan air mata saat itu.
Mungkin para sahabatku benar akan perkataannya, nampaknya aku memang belum di takdirkan untuk menjadi perantau.
****
Selama beberapa hari aku menjadi benar-benar pendiam. Berbagai cara telah para sahabatku lakukan untuk menghiburku.
Tetapi aku masih tetap diam. Bila ku ingat lagi, saat itu aku rasa aku hanya ingin diam, bukan berarti apa-apa. Hanya ingin diam.
****
Tetapi, dunia memang tidak selebar daun kelor. Dari beberapa temanku, aku pun mengetahui bahwa ada ujian masuk non subsidi di UNHAS. Dengan keyakinan penuh, aku mengikuti ujian tersebut.
Aku ingat dengan jelas bagaimana padatanya gedung registrasi UNHAS saat itu. Gedung itu di jadikan tempat pendaftaran bagi yang ingin mengikuti ujian tersebut. Aku yang datang dan mengantri dari pukul 10.00 WITA baru bisa mendapatkan kartu ujian pada pukul 17.30 WITA.
Lelah yang ku dapat hari itu terus membuatku yakin, bahwa Allah pasti akan membalasnya dengan indah.
Tibalah hari ujian, aku datang terlambat saat itu. Bismillah, aku mulai mengerjakan soal ujian. Aku sebenarnya anak eksakta selama mengenakan seragam putih abu-abu, jadilah aku bingung mengerjakan soal non-eksata saat itu. Aku benar-benar mengandalakan keberuntungan dalam menjawab soal non-eksakta yang diujikan.
Waktu yang diberikan untuk menjawab soal telah berakhir, dan aku pun pulang gembira.
****
Akhirnya, tiba juga hari pengumuman. Pagi-pagi buta aku menyalakan laptop andalanku, serta modem. Dengan cekatan aku mengetikan alamat web UNHAS dan dengan segera aku menuliskan nomor ujianku. Dan akhirnya aku berlinangan air mata lagi, aku menangis lebih keras kali ini. Bukan karena aku tak dinyatakan lulus lagi. Kali ini aku benar-benar menangis bahagia.
Aku
LULUS!aku
LULUS!
AKU DINYATAKAN LULUS!
Sujud syukurpun aku laksanakan, segera saja ku ciumi kedua orang tuaku yang tengah tertawa melihat tingkahku.
****
Kutatap lagi layar laptop ku, ada yang aneh. Aku lulus di Jurusan yang sama sekali tidak aku pilih! Apa ini? adakan kesalahan? ataukah aku sebenarnya tidak lulus?
Ahhh, aku jadi bingung sendiri.
Tetapi aku benar-benar beruntung mempunyai orang tua seperti yang kupunya. Ibuku yang memiliki teman di rektorat pun menanyakan hal ini kepada temannya. Ternyata ada kesalahan input. Tapi aku tetap lulus. Aku tetap berhak menjadi mahasiswi di UNHAS.
****
Tiba saat PMB, pemandangan di baruga AP.Pettarani saat itu benar-benar membuat bulu romaku berdiri. Seisi gedung memakai almamater merah. Sungguh pemandangan yang tak terlupakan.
Hingga disinilah aku saat ini, di kampus merah. Ilmu komunikasi yang benar-benar aku inginkan akhirnya dapat ku capai.
Alhamdulillah, Allahuakbar...
****
Hari ini, kembali aku merasakan hal yang sama. Temanku yang gagal tahun lalu, hari ini di nyatakan lulus ujian JNS UNHAS.
Alhamdulillah, Allahuakbar...