Aku terlalu cepat memberikan nilai padamu, Good. Kau yang mulanya kukira putih seperti awan ternyata menyimpan mendung yang menggelayut di hatimu. Awal udara subuhmu yang selalu membuatku bergidik akan haru taatmu ternyata hanyalah ilusi belaka. Kabutmu telah sukses menyamarkan mataku, membuatku tak bisa melihat lebih jauh dari pandanganmu.
Good, kemanakah pribadi yang aku kenal di akhir April tahun lalu itu? Pribadi yang mencuri kosa kataku, menggantikannya dengan rasa lemah pada lututku.
Aku masih ingat dengan benar saat mendapati kedua bola matamu diam-diam mencuri pandang kepadaku. Membuatmu salah tingkah. Bola mata itu terlihat begitu jujur, tetapi lama ternyata keduanya hitam pekat dan aku tak menyangka kelam mengikutinya. Kedua bibirmu fasih melafalkan kalimat santun yang membuat setiap telinga luluh akannya. Juga tidak-tandukmu yang begitu mempesona.
Lama aku berjalan disampingmu, tanpa tahu bahwa aku tidak belajar apa-apa darimu. Aku hanya memasukkan banyak aku dalam dirimu, karena aku selalu mengganggap jalan yang kita jalani ini permainan yang kukuasai dengan benar. Aku selalu tahu cara melumpuhkan hatimu, membuatmu mengikuti egoku. Hatiku selalu berbisik bahwa apa yang aku lakukan terhadapmu tidaklah benar, tetapi pikiranku selalu berteriak lebih keras dari hatiku. Dan itu selalu membuatku terus memasukkan aku dalam dirimu.
Aku tak pernah mengatakan padamu bahwa aku terbiasa akan sesuatu yang kokoh, yang selalu bisa aku andalkan untuk menopangku. Dan kau terlalu lemah. Rapuh dan mudah terjatuh. Lantas aku memulai permainan ini. Iya. Bila kau jeli akulah yang memulai permainan ini. Tetapi aku tak pernah tahu, kau memiliki kartu mati permainan ini. Kartu yang akan membuat kita berhenti bermain dan kembali pada jalan yang telah kita pilih jauh sebelumnya.
Mungkinkah kau lelah akan semua ini?
Hhh, satu lagi yang baru kusadari sore ini, setelah kau memilih untuk mengeluarkan jokermu ; kartu mati permainan ini, You learn nothing, Good. Yes, you’re.
Kau yang memilih untuk menyudahi permainan ini. Dan aku tak pernah mengira akan berakhir tanpa kau belajar apa-apa. Kau tetap kosong, Good.
Subuhmu kau usir begitu saja dan kau gantikan dengan badai matahari. Mengapa kau begitu berusaha agar aku terbakar? Padahal aku bahkan tidak peduli akannya. Pada Awan gelap yang kau tumpahkan pada umur mudamu. Aku tak peduli dan kau tetap lemah, Good.
Aku salah memberikan seratusku untukmu. Aku tidak marah ataupun benci, hanya saja hati yang dulu berbisik kini menjeritkan kalimat kecewa akanmu.
Kau seperti kaca yang buram, Good. Lalu sore ini, kau memilih untuk menghancurkan kacamu sendiri. Lelah membuatmu berkeping-keping. Dan aku terlalu ego untuk menyusunnya.
Karena aku sudah berhenti dari permainan ini. Setelah kau keluarkan kartu matimu.
you regret nothing it means you learn nothing. good bye, lullaby