aku terlanjur kecewa atas setiap linangan air mata yang tak pernah kau usap. aku juga terlanjur marah atas ketidakperdulianmu padaku. aku bahkan telah membakar semua puisi tentangmu.
tapi sayangnya aku hanya mampu melakukannya dalam pikiranku. aku hanya mampu menamparmu dengan diksi-diksiku dalam imajinasiku. sulutan api inipun hanya emosi belaka.
sebut saja aku penakut. sebut saja aku peragu.
aku memang seperti itu. terlalu takut untuk membalasmu. terlalu ragu untuk meninggalkanmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar