Ku hempaskan tubuhku dihamparan rerumputan bukit belakang sekolah. Ahh, nyaman sekali. Seakan seluruh masalah ikut tertiup bersama angin yang berhembus.
Angin sore hari memang selalu menyenangkan.
Brukkk..
Aku berbalik, ternyata bukan hanya tubuhku yang tergeletak dihamparan rerumputan sore ini.
"Melamun lagi, Am? Kan sudah kubilang untuk mengajakku juga kalau kesini. Kamu curang ah, hanya ingin menikmati tempat ini sendiri"
Suara yang familiar. Suara yang selalu terdengar ditelingaku sejak tahun lalu.
"Ah, siapa bilang aku sedang melamun? Aku hanya berbaring disini. Tidakkah kau lihat kita sama-sama terlentang disini? Hmm, iya sih. Mungkin aku memang curang padamu. Aku memang tidak ingin membagi tempat ini dengan siapapun sebenarnya. Tapi sudahlah, sekarang aku memutuskan untuk berbagi tempat ini denganmu" ujarku.
Lelaki bermata sendu itupun berbalik ke arahku. Dengar senyuman khasnya ia kembali berbicara.
"Kau tahu Am, aku ingin sekali menjadi bulan"
"Bulan? Kenapa? Hal itu terdengar sangat manis untuk lelaki seperti mu"
"Hahaha kamu ini! Ada-ada saja. Iya, aku ingin menjadi bulan. Karena ia selalu ada diatas sana. Melihatmu tanpa pamrih. Walaupun kadang kita tidak menyadari kehadirannya. Oh iya, kau tahu Am, aku sering memperhatikan bulan. Dan aku mehyadari satu hal"
"Apa?"
"Disamping bulan selalu ada satu bintang. Jarak mereka lumayan dekat tapi tidak pernah bisa berdampingan. Bagiku itu seperti pengagum rahasia. Dan aku tahu rasanya jadi bintang itu hahaha"
"Jadi, kamu ini mau jadi bulan atau bintang sebenarnya?"tanyaku sambil berbalik kearahnya
"Aku, ingin jadi bulan Am. Agar aku bisa melihatmu dimanapun kamu berada. Dibelahan bumi manapun. Aku ingin selalu bisa melihatmu Am"
"Ap..."
Aku kehabisan kata-kata.
Sabtu, 12 oktober 2013
Aku membuka mata. Sejauh ini retinaku masih dipenuhi oleh warna hijau. Hari sudah sore. Angin sore hari ini terasa berbeda. Tidak lagi menyenangkan seperti sabtu tahun lalu.
Aku memandang langit. Masih senja. Matahari bahkan belum seutuhnya berganti posisi dengan bulan.
Bulan...
"Ap, kamu tahu. Sekarang aku mengerti kenapa kamu ingin menjadi bulan. Sekarang aku mengerti rasanya jadi bintang didekat bulan. Ap, seandainya sore itu aku tidak kehabisan kata-kata. Aku ingin kita tetap bersama dibumi. Kamu tahu Ap. Langit terasa lebih gelap semenjak kepergianmu. Dan konyolnya sinar bulan bagiku terasa lebih terang sejak saat itu. Hah... Ap.. Ap... Langit terlalu jauh. Kamu juga," hela ku sore itu pada angin yang berhembus. Semoga kalimatku ini sampai padamu, Ap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar