Halo, selamat malam.
Apakabar kalian semua? Saya harap baik saja.
Well, bulan oktober adalah salah satu bulan favorit bagi saya. Selain karena saya terlahir dibulan ini, juga karena mama dan kakak aci juga mengalami hal yang sama. Dan yang membuat saya terkadang cemburu ialah karena kakak aci tanggal lahirnya sama dengan mama.
Saya sering protes dulu, kenapa saya tidak lahir di tanggal yang sama; 19. Dan mama selalu menjawab begini, "pas tanggal segitu mama sudah panggil-panggil ade, tapi ade masih betah kayaknya didalam perutnya mama."
Yap, kemarin adalah hari ulang tahun mama dan kakak aci. Allah sent me an angel that i call her mom and one true friend that i call her sister.
Pagi kemarin saya bangun dan menyalami serta cium kening mama. Karena kakak aci sudah pergi berangkat kerja.
Moment ulang tahun identik dengan kebahagiaan. Tapi, mungkin itu tidak berlaku bagi ulang tahun kakak aci tahun ini.
Selepas magrib tadi saya rencananya mau ke gramedia. Untuk mencari buku yang disarankan oleh teman saya untuk dibaca. Setelah siap-siap dan pamitan, sayapun berangkat. Setengah perjalanan tiba-tiba handphone saya berbunyi, ternyata ada yang menelpon.
"Halo ade, diba ini dek. Emm, masuk ugd aci di plamonia"
"....., astaga iye kak iye"
Seketika itu saya jadi dingin. Saya bahkan diturunkan dijalan oleh supir pete-petenya. Mungkin dia kesal karena saya tiba ngaco bilang saya mau turun di RS. Pelamonia sedangkan itu bukan jalurnya.
Alhasil sayapun turun. Dipinggir jalan saya terus menelpon mama. Nomer mama sibuk. Saya coba sekali lagi, dan masih sibuk.
Saya blank. Sampai lupa dimana lokasi Rumah sakit itu. Dan dengan sedikit mencoba tenang saya ingat kembali dimana rumah sakit itu berada. Setelah saya ingat lokasi rumah sakit itu, saya baru ingat lagi kalau ternyata uang tunai yang saya miliki saat itu cuma empat ribu rupiah. Yap, cuma cukup untuk sekali naik pete-pete. Saya mencoba tenang lagi. Dan Alhamdulillah ada taksi yang lewat. Saya memutuskan untuk naik taksi saja, nanti kalau ada atm baru singgah ambil duit.
Untungnya supir taksinya baik. Dia dengan ramah menanyakan siapa yang di rumah sakit. Dan dengan sedikit melamun saya menjawab kakak saya.
Akhirnya saya tiba di depan pintu UGD. Serasa di sinetron yang menanyakan dimana keberadaan kakak saya. Perawatnya menunjukkan, dan saya buru-buru kesana. And, she is there.
Kakak saya dengan kemeja pink saya terbaring di ranjang yang hanya muat untuk dirinya saja. Disudut ruang UGD, dan ada selang oksigen mangkal di hidungnya. Oh...
Seperti ada pisau yang mengiris-iris hatiku saat itu. Iya, saya mulai menitikan air mata.
"Kenapa ko ada disini?" she ask me slowly
"Kenapa ko? Sakit ko? Kenapa ko ada disini padahal ulang tahu ko?" hanya itu yang bisa saya bilang. Selebihnya?
Saya keluar ruangan untuk menangis.
Entah mengapa saya begitu merasa sedih. Padahal tadi pagi pas setengah sadar saya masih lihat kakak saya senyum-senyum. Dan saya belum bilang selamat ulang tahun kepadanya.
Saya sayang kakak saya. Walaupun hampir setiap hari saya jengkel setengah mati sama dia. Tapi, dia yang selalu ada. She's my true friend like i said before. Saya selalu cerita apa saja dengan dia. Dan disaat saya sakit, diinfus dan tidak bisa apa-apa, she always take care of me.
So, how could i can't cry to see her in that conditon?
Dia bahkan masih sempat bertanya saya datang dengan siapa. Appu mana. Kenapa saya datang sendiri?
I just lost my words. I know that she not too like my new boyfie, but... Dia masih sempat tanya dimana dia...
Dan itu yang membuat hati ini teriris-irisnya dobel.
I cry in silince out of ugd room. Temannya kakak aci keluar untuk menyuruh saya masuk. But i just can't. Dia tidak mengerti bagaimana rasanya melihat seseorang yang dimata saya kuat terbaring seperti itu.
Akhirnya saya duduk di pinggir jalan saja sambil mencoba menghubungi bapak. Dan syukurlah bapak mengangkat dan segera menuju kesini.
Selama menunggu bapak, pikiran saya melayang-layang. Seperti layang-layang kepa'.
Well, my only question is "where is he when i need him the most?"
Saya hanya butuh seseorang untuk mendampingi. Karena saya terlalu rapuh untuk terus berpura-pura kuat.
But, universe tends as it should. Semesta punya caranya sendiri untuk menghiburku.
Terima kasih.
Akhirnya mama bapak tiba. Kakak aci akhirnya dibawa pulang untuk dirawat dirumah saja.
Saya pulang dengan hati yang kosong.
Tapi tetap saja bersyukur.
Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Semoga kita akan selalu kuat dengan cara-Nya.
Amin