Beri Cinta Waktu

2 Nov 2012


via tumblr


Jadi kita bertemu lagi malam ini. Setelah hujan mengguyur november kali kedua. Jadi kita berbincang lagi malam ini. Tentang apa yang seharusnya dibicarakan. Tentang apa yang seharusnya didengarkan. Tak banyak yang kita tukar. Pula rindu yang tertakar. Tidak keduanya.

Lalu kita memulai. Untuk meluruskan benang kusut yang mengusik. Apakah aku atau kamu, tidaklah penting. Karena apa yang lebih berharga dari kita?

Kita mulai bertukar kata, tidak lagi dengan awalan juga tanpa akhiran. Menyadari ada yang tidak kamu miliki dan belum aku sadari bukanlah hal yang mudah. Selamanya tidak pernah menjadi semudah membalikkan telapak tangan atau seperti melanjutkan bacaan yang tertinggal sebelumnya.

Ada yang hilang, katamu. Tidak padaku juga pada kita. Tanpa penjabaran atau uraian, karena katamu itu bukanlah hal yang perlu dilakukan. Mungkin juga karena bila pun ku ketahui tidak akan kumengerti.

Tidak lagi aku berusaha untuk bersembunyi. Bermain dengan ketakutan yang tidak pernah akan terjadi. Karena kita telah menanam di taman ini. Setiap harinya kita pupuk dengan segala rasa. Menyiraminya dengan berbagai bahasa. 

Awalnya, tanaman yang kita tanam disana kesepian. Dan sepengetahuanku masih seperti itu saat ini. Bahkan hujan yang selalu ditunggunya tak mampu menenangkannya. Ia tumbuh dan mulai tak terarah. Karena kita mulai bimbang. Tentang apa yang seharusnya kita beri? Atau mungkin sejauh ini kita terlalu sering menerima?

Bagaimana mungkin kita lupa akan apa yang sebelumnya kita miliki. Tercecerkah atau sengaja dilupakan? Tidak lantas kita menyerah, maka jangan pernah memberi pilihan.

Jadi kita telah berbicara tentang apa yang harus dibicarakan. Juga tentang apa yang harus didengarkan, jauh jauh sebelum kita menjauh.

Dengan sedikit gontai aku pulang. Tidak dalam keadaan utuh. Karena pagarnya masih kamu tutup dengan sangat rapat. Berjalanlah kamu, pelan-pelan saja. Jangan lupa untuk menunduk dan menengok kebelakang. Ada jejak hati yang mungkin saja terinjak atau tak sengaja tertendang.

Aku sedang berpelukan erat dengan waktu disini, mencoba menguatkan kaki untuk terus berpijak di bumi tanpa perlu melangit. Kubagi pelukannya untukmu, tidaklah perlu kenangan dan harapan terikut. Pun dengan janji. Carilah apa yang kamu rasa hilang. Karena aku tahu, segala yang kamu butuhkan ialah waktu.

Lalu jangan khawatirkan taman kita. Selamanya akan menjadi kita. Hujan masih mengguyur, pelangi telah menanti. Berjalanlah, dan jangan lupa untuk pulang. Ada yang menunggumu membuka pagar. Agar aku dan kamu kembali menjadi kita. 

Berjalanlah...



" I'll never know how the future will goI don't know what to tell you, I'm not a fortune tellerI'll never change, but I want you to stay, ay"


p.s : i do believe that true love wait, dan jangan lupa menitikan air mata karena ini puisi patah hati 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS