Why do i do this?

21 Jan 2016

Assalamualaikum, hai.. apa kabar? Semoga baik saja.

Saat saya menuliskan postingan ini sudah pukul setengah dua pagi. Yes, belakangan ini jadwal tidur (dan tentu saja jadwal bangun) saya berantakan. Kantung mata yang mulai menghitam jadi saksi kalau saya susah tidur cepat. 

Oh ya, selamat tahun baru! Walaupun sudah berlalu 21 hari tapi tetap saja ini tahun yang baru untuk dijalani. Dan selamat ulang tahun untuk Kak Sabda. 

Sebenarnya ada pertanyaan yang selalu berulang-ulang di kepala saya belakangan ini. Dan mungkin itulah yang membuat saya jadi susah untuk tidur cepat (selain karena memang saya tidak punya kesibukan yang bisa membuat saya lelah dan bisa tidur di jam normal). Well, sekarang saya sudah memasuki semester 4. Which means, ini adalah saatnya saya menyusun thesis guna mencapai gelar magister di bidang corporate communications *ciyeilah kaku banget bahasanya*. Dan sejujurnya perkara menyusun karya ilmiah memang tidaklah pernah mudah. Beruntunglah saya karena dikelilingi oleh orang-orang yang punya antusiasme yang sama dibidang penelitian. 

Tetapi sesungguhnya masalah penyusunan thesis ini bukanlah hal yang paling membebani pikiran saya belakangan ini. Bila boleh jujur, saya mulai takut. Iya takut... untuk menghadapi masa depan.

Hmm...

Secara singkat yang menjadi pikiran saya adalah, "apa yang akan saya lakukan setelah lulus s2?". Pertanyaan yang sangat tricky menurut saya. Dulu, ketika lulus s1, saya langsung memutuskan untuk melanjutkan pendidikan. Tidak mau bekerja dulu, tidak mau punya rutinitas yang boring, dan sebenarnya saya belum mau berhadapan dengan tanggung jawab dan bla bla bla urusan kantor lainnya. Selain itu, saya juga berpikir bahwa cita-cita saya dari dulu ialah ingin menjadi seorang pengajar. Maka dengan modal nekat (dan ngambek) saya memberanikan diri untuk meminta kepada kedua orang tua saya untuk melanjutkan sekolah. Sementara di sisi lain kakak saya menyarankan untuk bekerja dulu baru melanjutkan kuliah. Tetapi saya masih ngotot dan akhirnya disinilah saya sekarang... Jakarta.

Malam ini, setelah ngobrol seperti biasa dengannya saya jadi makin galau dengan masa depan saya. Apa yang akan saya lakukan setelah lulus? Tidur saja dan main game pokopang? Atau tunggu dilamar saja dan menjadi ibu rumah tangga? Atau ikutan program MT di perusahaan BUMN? Atau ikutan daftar CPNS? Atau bikin perusahan konsultan komunikasi? Atau ikutan kursus make up dan jadi MUA? Atau apa?

Beribu-ribu "atau" itulah yang membuat saya jadi tidak bisa tidur :(

Saya takut..

Takut ini semua tidak membawa saya kemana-mana. Saya takut karena ternyata semakin saya membaca banyak hal semakin saya merasa bahwa diri saya ini kecil. Saya takut pengorbanan yang dilakukan kedua orang tua saya tidak membuat mereka bangga kepada saya. Saya takut kalau pilihan yang saya ambil saat ini salah...

*SIGH*

Ketakutan-ketakutan itu akhirnya membuat saya googling. Dengan sangat dangkal saya menuliskan keyword di google "apa yang harus dilakukan setelah s2?". Dan kebanyakan artikel yang saya dapat ialah menjadi seorang dosen/peneliti. 

Saya memang sangat ingin menjadi dosen dan juga peneliti. Profesi yang mulia menurut saya karena membagikan ilmu kepada banyak orang. Tetapi sekali lagi, saya takut kalau apa yang saya pelajari selama ini belum cukup untuk berprofesi seperti itu. Kemudian saya terus mencari-cari artikel menarik untuk di baca. Dan saya menemukan satu artikel yang cukup panjang dan memiliki banyak komentar. 

Inti dari artikel yang saya baca itu sama persis dengan ketakutan dan kekhawatiran yang saya rasakan. Begitupula dengan orang-orang yang berkomentar di artikel itu. Saya baca semua komentar itu dan membuat kekhawatiran saya jadi mulai berkurang. Artikel itu mengingatkan saya kalau tidak ada yang sia-sia dengan melanjutkan sekolah. Dan juga membuat saya lebih bersyukur sebenarnya, karena banyak orang di luar sana yang ingin melanjutkan pendidikan tapi banyak halangan. 

Di dalam artikel itu menyebutkan bahwa yang paling penting itu bukan motivasi, tetapi komitmen. Satu hal yang saya akui kurang dalam diri saya. Dan mungkin karena itulah saya jadi gampang goyah dan ketakutan. Mungkin satu hal yang perlu saya lakukan ialah terus berkomitmen, pada apa yang saya cita-citakan. Pada janji untuk mama bapak di Makassar. Dan pada ilmu yang saya dapat selama ini.

Saya harus yakin, kalau tidak ada yang sia-sia di muka bumi ini. Insyallah...

Mungkin tulisan ini agak random, maklum ya saya sedang bingung. Dan bagi kalian yang juga mengalami kebingungan mengenai hidup, yakinlah..kamu tidak sendirian.

Semoga kita semua selalu bisa berkomitmen, pada apapun itu.

Amin.

p.s : dan mungkin komitmen ini harus dimulai dengan menyelesaikan membaca buku-buku yang sudah lama saya anggurkan.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS