Another side of birthday

20 Okt 2013

Halo, selamat malam. 

Apakabar kalian semua? Saya harap baik saja.

Well, bulan oktober adalah salah satu bulan favorit bagi saya. Selain karena saya terlahir dibulan ini, juga karena mama dan kakak aci juga mengalami hal yang sama. Dan yang membuat saya terkadang cemburu ialah karena kakak aci tanggal lahirnya sama dengan mama. 
Saya sering protes dulu, kenapa saya tidak lahir di tanggal yang sama; 19. Dan mama selalu menjawab begini, "pas tanggal segitu mama sudah panggil-panggil ade, tapi ade masih betah kayaknya didalam perutnya mama."

Yap, kemarin adalah hari ulang tahun mama dan kakak aci. Allah sent me an angel that i call her mom and one true friend that i call her sister. 
Pagi kemarin saya bangun dan menyalami serta cium kening mama. Karena kakak aci sudah pergi berangkat kerja. 

Moment ulang tahun identik dengan kebahagiaan. Tapi, mungkin itu tidak berlaku bagi ulang tahun kakak aci tahun ini. 

Selepas magrib tadi saya rencananya mau ke gramedia. Untuk mencari buku yang disarankan oleh teman saya untuk dibaca. Setelah siap-siap dan pamitan, sayapun berangkat. Setengah perjalanan tiba-tiba handphone saya berbunyi, ternyata ada yang menelpon. 

"Halo ade, diba ini dek. Emm, masuk ugd aci di plamonia"
"....., astaga iye kak iye"

Seketika itu saya jadi dingin. Saya bahkan diturunkan dijalan oleh supir pete-petenya. Mungkin dia kesal karena saya tiba ngaco bilang saya mau turun di RS. Pelamonia sedangkan itu bukan jalurnya.

Alhasil sayapun turun. Dipinggir jalan saya terus menelpon mama. Nomer mama sibuk. Saya coba sekali lagi, dan masih sibuk. 

Saya blank. Sampai lupa dimana lokasi Rumah sakit itu. Dan dengan sedikit mencoba tenang saya ingat kembali dimana rumah sakit itu berada. Setelah saya ingat lokasi rumah sakit itu, saya baru ingat lagi kalau ternyata uang tunai yang saya miliki saat itu cuma empat ribu rupiah. Yap, cuma cukup untuk sekali naik pete-pete. Saya mencoba tenang lagi. Dan Alhamdulillah ada taksi yang lewat. Saya memutuskan untuk naik taksi saja, nanti kalau ada atm baru singgah ambil duit. 

Untungnya supir taksinya baik. Dia dengan ramah menanyakan siapa yang di rumah sakit. Dan dengan sedikit melamun saya menjawab kakak saya. 

Akhirnya saya tiba di depan pintu UGD. Serasa di sinetron yang menanyakan dimana keberadaan kakak saya. Perawatnya menunjukkan, dan saya buru-buru kesana. And, she is there.

Kakak saya dengan kemeja pink saya terbaring di ranjang yang hanya muat untuk dirinya saja. Disudut ruang UGD, dan ada selang oksigen mangkal di hidungnya. Oh...

Seperti ada pisau yang mengiris-iris hatiku saat itu. Iya, saya mulai menitikan air mata.

"Kenapa ko ada disini?" she ask me slowly
"Kenapa ko? Sakit ko? Kenapa ko ada disini padahal ulang tahu  ko?" hanya itu yang bisa saya bilang. Selebihnya?
 
Saya keluar ruangan untuk menangis.

Entah mengapa saya begitu merasa sedih. Padahal tadi pagi pas setengah sadar saya masih lihat kakak saya senyum-senyum. Dan saya belum bilang selamat ulang tahun kepadanya. 
Saya sayang kakak saya. Walaupun hampir setiap hari saya jengkel setengah mati sama dia. Tapi, dia yang selalu ada. She's my true friend like i said before. Saya selalu cerita apa saja dengan dia. Dan disaat saya sakit, diinfus dan tidak bisa apa-apa, she always take care of me.

So, how could i can't cry to see her in that conditon?

Dia bahkan masih sempat bertanya saya datang dengan siapa. Appu mana. Kenapa saya datang sendiri? 

I just lost my words. I know that she not too like my new boyfie, but... Dia masih sempat tanya dimana dia...

Dan itu yang membuat hati ini teriris-irisnya dobel.

I cry in silince out of ugd room. Temannya kakak aci keluar untuk menyuruh saya masuk. But i just can't. Dia tidak mengerti bagaimana rasanya melihat seseorang yang dimata saya kuat terbaring seperti itu.

Akhirnya saya duduk di pinggir jalan saja sambil mencoba menghubungi bapak. Dan syukurlah bapak mengangkat dan segera menuju kesini.

Selama menunggu bapak, pikiran saya melayang-layang. Seperti layang-layang kepa'. 

Well, my only question is "where is he when i need him the most?"

Saya hanya butuh seseorang untuk mendampingi. Karena saya terlalu rapuh untuk terus berpura-pura kuat.

But, universe tends as it should. Semesta  punya caranya sendiri untuk menghiburku.

Terima kasih.

Akhirnya mama bapak tiba. Kakak aci akhirnya dibawa pulang untuk dirawat dirumah saja. 

Saya pulang dengan hati yang kosong.
Tapi tetap saja bersyukur. 

Semoga kita selalu dalam lindungan-Nya. Semoga kita akan selalu kuat dengan cara-Nya.

Amin



Untuk-Nya

18 Okt 2013

Tuhan 
Aku tahu aku hanya bagian terkecil dari dunia ini. Yang tidak bisa melakukan apapun tanpa kehendakMu.

Tuhan
Tidak banyak yang bisa kusampaikan padaMu dari mulutku. Karena aku tahu begitu banyak dosa yang telah kuperbuat. Dan aku malu padaMu.

Tuhan
Hanya Engkau yang mengerti segala bahasa. Bahkan yang tak dapat ku bahasakan pun aku yakin Kau mengerti. 

Dan yang mengalir dari ujung mata ku malam ini Tuhan, aku tahu Engkaulah satu-satunya yang mengerti mengapa itu semua bisa terjadi. Kalimat-kalimat maaf yang ku lantunkan hanya untukMu. Engkau yang Maha mengetahui segala isi hati kami, berikan kami ketenanganMu. Atas segala keresahan yang menyelimuti hati dan hari, terangkanlah.

Aku tahu Kau satu-satunya tempat dimana aku bisa merasa benar-benar aman. Karena Engkaulah pemilik kami. 

Kami bisa apa tanpaMu?

Dan diantara gelapnya langit malam ini, kuhantarkan sejuta keraguanku padaMu. 

Benarkanlah..

Lapangkanlah..

Amin.

Rindu

14 Okt 2013

Halo. Selamat tengah malam, semoga malam menjelang pagi ini menyenangkan bagi kita semua. 

Saya ingin berbagi pikiran kali ini. Karena bukankah berbagi itu pekerjaan yang menyenangkan? Hehe.

Well, saya sering sekali mendengar kalimat ini "cinta itu buta" atau "cemburu itu buta". Tapi sangat jarang atau bahkan saya belum pernah ada yang mengatakan "rindu itu buta". Kenapa?
Kadang saya merasa lucu karena setiap rasa itu mereka katakan "buta". Cinta katanya buta, karena kita tidak memandang lagi seseorang dari luarnya saja ketika mulai mencinta. Lalu kemudian cemburu itu buta. Karena ia tidak memilih apa atau siapa yang mendekati atau terlalu dekat kepada yang dicinta hingga membuat kita menjadi cemburu. Dan kemudian menurutku rindupun buta. Karena dia tidak bisa memilih waktu yang tepat untuk merindu. 

Mungkin, ini masih kemungkinan buatku. Kadang kita terlalu mencintai sesuatu ( bisa jadi ia makhluk hidup ataupun tidak ) terlalu dalam, makanya ia jadi gampang cemburu atau gampang rindu. Tapi, mungkin nih masih kemungkinan, ini cuma perkara pembiasaan diri. 

Kita semua tahu tidak ada yang bisa terjadi dalam sekejap saja. Bahkan mie instant pun membutuhkan setidaknya 5-10 menit untuk bisa dinikmati. Sebenarnya ini kalimat klise. Kita sering sekali mendengar, berucap, dan memberikan kalimat ini kepada orang lain atau untuk diri sendiri. 

"Sabar saja, semua ada waktunya"

Iya kan? Malam ini saya mulai memahami sedikit demi sedikit, semoga lama-lama menjadi bukit. Kalau tidak ada sibuk yang bertahan selamanya, juga rindu yang bertepuk sebelah tangan. 

Saya juga pernah menulis satu postingan diblog ini, "beri cinta waktu". 


Because true love worth to wait.

Tenang saja, semua rindu akan membuka matanya dan belajar melihat lagi seiring berjalannya waktu. Kita hanya butuh bersabar dan kemauan diri untuk terus mencoba menjadi lebih baik. 

Akhirnya saya ucapkan selamat malam dan selamat beristirahat. Semoga kita menjadi semakin lebih baik bersama waktu yang berjalan. 

Amin

Jauh yang terlalu jauh

12 Okt 2013

Sabtu, 12 oktober 2012

Ku hempaskan tubuhku dihamparan rerumputan bukit belakang sekolah. Ahh, nyaman sekali. Seakan seluruh masalah ikut tertiup bersama angin yang berhembus. 
Angin sore hari memang selalu menyenangkan.

Brukkk..

Aku berbalik, ternyata bukan hanya tubuhku yang tergeletak dihamparan rerumputan sore ini.

"Melamun lagi, Am? Kan sudah kubilang untuk mengajakku juga kalau kesini. Kamu curang ah, hanya ingin menikmati tempat ini sendiri"

Suara yang familiar. Suara yang selalu terdengar ditelingaku sejak tahun lalu.

"Ah, siapa bilang aku sedang melamun? Aku hanya berbaring disini. Tidakkah kau lihat kita sama-sama terlentang disini? Hmm, iya sih. Mungkin aku memang curang padamu. Aku memang tidak ingin membagi tempat ini dengan siapapun sebenarnya. Tapi sudahlah, sekarang aku memutuskan untuk berbagi tempat ini denganmu" ujarku.

Lelaki bermata sendu itupun berbalik ke arahku. Dengar senyuman khasnya ia kembali berbicara.

"Kau tahu Am, aku ingin sekali menjadi bulan"
"Bulan? Kenapa? Hal itu terdengar sangat manis untuk lelaki seperti mu"
"Hahaha kamu ini! Ada-ada saja. Iya, aku ingin menjadi bulan. Karena ia selalu ada diatas sana. Melihatmu tanpa pamrih. Walaupun kadang kita tidak menyadari kehadirannya. Oh iya, kau tahu Am, aku sering memperhatikan bulan. Dan aku mehyadari satu hal"
"Apa?"
"Disamping bulan selalu ada satu bintang. Jarak mereka lumayan dekat tapi tidak pernah bisa berdampingan. Bagiku itu seperti pengagum rahasia. Dan aku tahu rasanya jadi bintang itu hahaha"
"Jadi, kamu ini mau jadi bulan atau bintang sebenarnya?"tanyaku sambil berbalik kearahnya
"Aku, ingin jadi bulan Am. Agar aku bisa melihatmu dimanapun kamu berada. Dibelahan bumi manapun. Aku ingin selalu bisa melihatmu Am"
"Ap..."

Aku kehabisan kata-kata.



Sabtu, 12 oktober 2013

Aku membuka mata. Sejauh ini retinaku masih dipenuhi oleh warna hijau. Hari sudah sore. Angin sore hari ini terasa berbeda. Tidak lagi menyenangkan seperti sabtu tahun lalu. 

Aku memandang langit. Masih senja. Matahari bahkan belum seutuhnya berganti posisi dengan bulan. 

Bulan...

"Ap, kamu tahu. Sekarang aku mengerti kenapa kamu ingin menjadi bulan. Sekarang aku mengerti rasanya jadi bintang didekat bulan. Ap, seandainya sore itu aku tidak kehabisan kata-kata. Aku ingin kita tetap bersama dibumi. Kamu tahu Ap. Langit terasa lebih gelap semenjak kepergianmu. Dan konyolnya sinar bulan bagiku terasa lebih terang sejak saat itu. Hah... Ap.. Ap... Langit terlalu jauh. Kamu juga," hela ku sore itu pada angin yang berhembus. Semoga kalimatku ini sampai padamu, Ap.

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS