What is quarter life crisis and why it’s good for us?

10 Jul 2016

via go think big

Assalamualaikum, halo apa kabar kalian? Semoga baik dan bahagia selalu.
Sudah lama sekali ya rasanya sejak terakhir kali saya menulis di blog ini. Oh iya, sebelumnya saya mohon maaf lahir dan bathin ya. Mumpung hawa-hawa ketupat dan opor ayam masih hangat diantara kita :p, maafkan ya kalau saya ada salah yang disengaja ataupun yang tidak disengaja :)

Well, seperti judul diatas, tulisan kali ini saya ingin membahas mengenai quarter life crisis. Apa itu quarter life crisis? Kenapa kita mesti mengalaminya? Apakah itu hal yang normal? Ataukah hanya saya yang merasakan hal tersebut? Ayo ayo kita bahas sama-sama (atau yang kali ini biarkanlah saya yang membahasnya duluan dan silahkan kalian respon di kolom komentar di bawah)

Belakangan ini saya sering susah untuk tidur. Walaupun pada dasarnya saya sangat suka tidur, tapi untuk tidur di malam hari adalah kegiatan yang sulit saya lakukan belakangan ini. Juga, belakangan ini pikiran saya jadi lebih aktif bekerja. Ada banyak sekali kata-kata yang bekeliaran di otak ini. Mulai dari “apa yang akan terjadi besok ya?”, “apa yang akan saya lakukan untuk masa depan saya?”, “apakah yang saya jalani saat ini sudah benar?” “saya takut kalau sudah lulus nanti saya tidak bisa membahagiakan orang tua”, “apakah saya sudah bahagia?”,dan  “kapan jodoh ku datang ya Allah *oke yang ini agak curhat hahaha*” dan segudang apakah-apakah lainnya yang menjerumus ke arah ketakutan mengenai hidup yang fana ini.

Intinya, bagi saya belakangan ini life is a bit bitchy.

Akhirnya saya ingat, kalau saya pernah menemukan artikel mengenai quarter life crisis. Karena penasaran akhirnya saya klik lah link artikel tersebut. Secara singkat artikel itu membahas persis seperti perasaan-perasaan gundah-gulana yang sedang saya alami saat ini. Tapi saya tidak puas dengan penjelasan di artikel tersebut. Jadinya saya googling lagi, dan menemukan banyak sekali artikel mengenai quarter life crisis. Tapi sekali lagi, tidak satupun dari artikel-artikel itu yang menjelaskan kenapa kita mengalami quarter life crisis. Hampir semua dari artikel itu berisikan kalimat-kalimat motivasi untuk tetap santai dalam menjalani hidup. Karena quarter life crisis adalah hal yang sangat normal dalam hidup. Blah, yang saat ini saya cari itu penjelasan, bukan pembenaran -_-

Oh iya, sebelum terlalu jauh melangkah kita harus tahu dulu apa itu quarter life crisis?
Jadi, according to Wikipedia quarter life crisis is period life ranging from twenties to thirties in which person start to feel doubtful about their own lives brought on by stress of becoming an adult.

Secara singkat kita dapat mengartikan quarter life crisis adalah fase yang dialami oleh mereka yang berusia 20-30 tahunan yang mulai mempertanyakan mengenai hidup dan cenderung mengalami stress karenanya. Kalau kamu berumur 20-30 tahun dan mulai mempertanyakan hidup, mulai merasa ditinggalkan oleh teman-teman yang entah karena mereka sudah memiliki kesibukan masing-masing ataupun sudah sibuk ngurusin rumah tangga sementara kamu masih gitu-gitu aja atau kamu mulai mempertanyakan maka kebahagiaan yang hakiki itu apa, well… welcome to the club.

Oke, seperti yang saya katakana pada paragraf sebelumnya. Ada banyakkkkk sekali artikel mengenai quarter life crisis, tapi sayangnya semua berakhir pada kalimat motivasi yang meyakinkan kita untuk tetap santai dan tenang dalam menjalani hidup.
Saya setuju sih untuk tetap tenang dalam menjalani hidup, tapi santai? Saya rasa tidak. Satu-satunya alasan mengapa quarter life crisis is good for us adalah dengan mengerti dan memahami fase kehidupan ini kita bisa bersiap dalam menjalani hidup. Kadang memang seru aja menjalani hidup dengan penuh spontanitas, tapi untuk beberapa hal, dude, we should have a plan.

Seharusnya quarter life crisis sudah dimengerti oleh para remaja, kenapa? Ya supaya mereka gak kaget pas di usia segitu hidup tidak seseru film-film romantic comedy yang sering kita tonton. Dengan memahami quarter life crisis setidaknya kita bisa berjaga-jaga untuk tetap bisa survive dalam menjalani hidup. Karena seperti yang bapak dosen saya bilang pas mata kuliah crisis management, crisis itu bisa terjadi karena tidak menaati aturan yang ada. Untuk hal ini mungkin peraturan yang dimaksudkan ialah aturan-aturan atau budaya yang sudah melekat dengan diri kita sejak lahir. Tetapi, pada dasarnya crisis dapat diprediksi. Bagaimana? Ya dengan menganalisis aturan mana yang kita langgar hingga crisis itu bisa terjadi. Lagipula crisis itu ada tahapannya, jadi kita makin mudah untuk mengaturnya *cihuy*.

Tahapan pertama dalam masa crisis adalah pre-crisis, yang dimana pada masa awal ini crisis belum terlihat tapi sudah bisa dirasakan. Ya seperti kita mulai berpikir apa yang salah dengan diri atau apa yang kurang dari hidup ini. Lalu selanjutnya, acute crisis stage; ini adalah masa dimana crisis sudah mulai dapat dilihat, seperti kita mulai menyadari kalau teman yang sering ajak keluar atau nongkrong bareng ya itu-itu aja. Atau ketika diajak kemana-kemana kita lebih memilih untuk kerja ya karena ada sesuatu yang kita kejar. Dan yang terakhir itu adalah post crisis stage ini adalah fase akhir dalam crisis itu. Akhirnya kita bisa tenang dan bisa kembali fokus dalam menjalani hidup.

Dalam menjalani quarter life crisis, kita perlu rencana untuk menyelesaikannya. Karena sekali lagi, buat saya quarter life crisis hadir bukan untuk dibenarkan tetapi hadir untuk membuat kita lebih sigap dan dewasa dalam menjalani hidup. Dengan mulai mengumpulkan fakta-fakta hidup, membuat rencana hidup jangka pendek dan panjang, dan tidak lupa berdoa serta 2,5% bagi fakir miskin, insya Allah semuanya akan kembali lancar :p
Bagi saya, kita perlu membuat life crisis management plan, karena dengan demikian kita dapat mencegah kemungkinan buruk yang bisa menimpa hidup kita.

Walaupun teori yang diatas itu sebenarnya step-by step untuk mengatasi krisis dalam perusahaan, tapi sebagai manusia yang muda dan kreatif semuanya bisa kan dicocok-cocokkan (mungkin inilah yang dinamakan cocokologi haha)

Yah seperti itulah, saya sendiri sudah berusia 23 tahun. Dan baru menyadari kalau saat ini sedang mengalami quarter life crisis, makanya jadi heboh gini. Sedihnya saya tidak mempersiapkan diri ini lebih awal, tapi setidaknya tidak ada kata terlambat kan untuk memulai membuat crisis life strategic and management plan supaya tidak tersesat dan tak tahu arah jalan pulang.

Saya harap kalian juga sudah siap dalam menjalani fase kehidupan ini. Karena setelah itu, ternyata masih ada fase selanjutnya. Yaitu midlife crisis. Tapi natilah kita bahas itu, setelah kita akan mendekati usia 40 tahun. Atau kalian sudah penasaran seperti saya, go gooling and you can find a tons of article about it. Tapi jangan kecewa kalau kebanyakan dari mereka hanya sebatas menyemangati karena pada dasarnya hanya kita yang bisa membuat keputusan dalam hidup kita ini. Jadi lebih beranilah untuk membuat rencana hidup (lah ini apa namanya kalau bukan kalimat motivasi juga? -____-“)

Sudah ya, semoga tulisan ini bermanfaat. Ini sudah lewat tengah malam dan saya sudah harus berusaha lebih giat lagi supaya bisa secepatnya tertidur.


Until we meet again :)

Bahagia Itu Sederhana (?)

6 Apr 2016

via tumblr

Assalamualaikum, halo apa kabar kalian?

It's been forever since the last time saya nge-blog. Entah kemana kalimat-kalimat yang sudah tersusun rapi di dalam pikiran ini perginya. Yang pasti niat untuk rajin nge-blog itu selalu ada sebenarnya, tetapi ya sekali lagi.. i beat by procrastinate ;p

Beberapa waktu belakangan ini saya sedang sering sekali nongkrong di YouTube, mungkin karena tv sudah terlalu banyak tontonan yang busuk. Dan di tengah-tengah kegiatan nongkrong itu, saya menemukan sebuah kalimat yang di ucapkan oleh salah satu beauty vlogger yang sering saya tonton belakangan ini.

"People want you to be happy, but they won't you to be happier than them", Titan Tyra

For some reason, apa yang dikatakan Titan itu benar (setidaknya untuk saya). Pertanyaannya kemudian adalah apakah kita memang seperti itu? Atau kita bersikap demikian hanya untuk beberapa pribadi saja? Hmm...

Kita memang tidak bisa memaksakan semua orang menyukai kita. Akan selalu ada yang bertentangan dalam hidup ini. Dan karena itu lah kita dikatakan "hidup". Kadang mungkin kita terlalu sibuk untuk membuat orang lain kagum dengan kehidupan kita, sampai kita sendiri lupa apa makna kebahagiaan. 

Berbicara mengenai makna, menurut kalian apa artinya bahagia itu? Apa menurut kalian bahagia itu memang sederhana? Atau mungkin kita hanya harus mengumpulkan bagian-bagian kecil dari hidup untuk membentuk sesuatu yang sederhana kemudian bahagia? 

Atau mungkin bahagia memang tidak sesederhana apa yang dikatakan orang-orang? Karena mungkin sebenarnya kebahagiaan hanya perlu dirasakan tanpa perlu dipikirkan?



Entahlah...

Weekend Getaway

4 Feb 2016

Assalamualaikum.. Hai, apakabar kalian? Semoga baik saja ya. 

Weekend kemarin adalah salah satu weekend yang seru buat saya. Karena akhirnya ada juga kegiatan "jalan-jalan" yang sebenarnya saya lakukan (karena sekarang saya masih liburan semester kuliah dan satu-satunya kegiatan jalan-jalan yang saya lakukan adalah jalan-jalan seputaran tempat tidur saja). Jadi singkatnya hari sabtu pagi kemarin, saya dan keluarga saya berangkat ke Puncak untuk berlibur. Selain untuk berlibur juga sekalian buat merayakan ulang tahun keponakan saya yang ke sembilan. Sebenarnya malam sebelum kami berangkat saya agak pesimis sih kegiatan jalan-jalan ini terlaksana, karena pada jumat malam Pakde saya minta diantarkan ke UGD karena kepalanya terasa tak enak. Tapi sebenarnya walaupun kegiatan jalan-jalan ini gak jadi juga gak papa sih, yang penting Pakde sehat walafiat. 

Syukurnya, tidak ada yang serius dengan kesehatan Pakde. Dannnn jadilah kami berangkat sabtu pagi ke puncak. Saya senang sih akhirnya bisa escape sementara dari Jakarta dan bisa melihat-lihat pemandangan yang hijau-hijau. Kami berangkat pukul 08:00 WIB, dan ternyata (saya baru tau sih) walaupun berangkat pagi kami akan tetap terkena macet di jalan tol. Untungnya ketika macet melanda, ada banyak abang-abang penjual gemblong. Tadinya saya gak tau apa itu gemblong, sampai akhirnya makanan manis itu mendarat dengan sempurna di mulut saya dan saya jatuh cinta pada kunyahan pertama! :')

Okay, sebenarnya saya memang doyan makan. Tapi serius, gemblong itu ternyata enak ya! Bisa membuat maklum akan jalanan yang macet. Setelah melewati pintu tol, dan kayaknya itu sudah masuk ke Bogor arah Puncak, kami singgah untuk makan. 

Lapar~
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan. Kami akhirnya tiba di penginapan, namanya Alfa Resort. Tempatnya bagussss, apalagi room yang kami pesan. Kamarnya ada tiga, family size gitu, muat buat bocah-bocah lari-larian. Rumah itu memiliki banyak jendela-jendela, dan itu membuat saya bertekat kelak kalau punya rumah mau dengan model seperti itu. Suhu disana sih tidak terlalu dingin, dibandingnya dengan suhu yang saya ingat ketika berlibur bersama teman-teman kampus di Puncak juga. Tapi syukur sih, karena saya gak bawa jaket tebal. 

Kegiatan selanjutnya yang kami lakukan ialah....makan! Tentu saja! Kayaknya gak ada kegiatan yang paling pas untuk dilakukan selain makan dan bermain ketika berlibur. Dan serunya keponakan-keponakan saya yang di Jakarta ngumpul semua (sebenarnya cuma tiga sih hehe). Karena mereka cowok semua pasti deh mainnya kalau bukan futsal, main tembak-tembakan atau lainnya. Untungnya mereka semua lovely sekali. 

Meet Aska, Rafa, and Reza

Keponakan saya ini lucu-lucu sekali. Entah karena mereka adalah keponakan saya atau memang karena mereka sudah lucu dari sananya. Aska, yang paling kecil itu bercita-cita jadi Zombie (kids nowadays -___-"). Yang ditengah itu adalah keponakan saya yang akan ulang tahun hari minggunya, dia sih kalau tidur kayak kipas angin, alias mutar terusss. Nah, kalau yang terakhir itu adalah Reza, walaupun badannya besar tapi dia itu adik dari Rafa. Oh ya, salah satu alasan kenapa saya sayang sekali dengan keponakan-keponakan saya ini adalah karena mereka walaupun lagi marah atau jengkel sama saudaranya akan tetap menyebut kata sayang. Misalnya "gak gitu mas sayang!"  (dengan muka marah), atau  "ade sayang! mas kan gak bolehin!" (dengan muka marah dan suara tinggi).

Back to kegiatan liburan. Sorenya para bocah mulai merengek-merengek minta berenang. Saya juga kepingin sih, tapi sayang gak bawa baju renang :(. Akhirnya saya cuma menemani saja di pinggir kolam. 

Swim...swim..
Aska yang cuma berani di pinggir kolam :')
Tapi sayangnya kami harus segera kembali ke kamar atau rumah tempat kami nginap, karena hujan turun. Dan malamnya kami keluar untuk mencari makan...indomie. Huhuu, memang sih dingin-dingin seperti itu enaknya makan indomie. Kami akhirnya mendapatkan tempat makan yang posisinya cuccok binggo. Karena dari sana kami bisa melihat kemerlip lampu kota Bogor. Sayangnya kamera hp tidak bisa menangkap gambar tersebut (syedihhh...). Setelah makan kami keliling-keliling untuk mencari kue ulang tahun, tapi sayangnya gak ada. Yang banyak malah toko-toko arab/india gitu. Jadilah besok ulang tahun Rafa dirayakan tanpa kue, untungnya anaknya gak banyak protes hehe.

Nah keesokan paginya saya bangun cepat. Untuk jalan-jalan keliling resort, dan foto-foto pastinya. Pemandangan dari resort itu indah sekali! Membuat saya kangen Malino :'(

Morning view, yang ketutupan kabut itu gunung loh :)
Birthday boy, Rafa..

Koboi (?)

GMZ maksimal :'))
Cafe yang ada di resort

Dan akhirnya setelah sarapan, kami pun bersiap-siap untuk kembali ke Jakarta. Back to reality...
Meskipun begitu saya senang sekali dengan liburan akhir pekan ini! Dan semoga hari-hari berikutnya akan menyenangkan juga ya. Amin!


Alhamdu..lillah :)

Why do i do this?

21 Jan 2016

Assalamualaikum, hai.. apa kabar? Semoga baik saja.

Saat saya menuliskan postingan ini sudah pukul setengah dua pagi. Yes, belakangan ini jadwal tidur (dan tentu saja jadwal bangun) saya berantakan. Kantung mata yang mulai menghitam jadi saksi kalau saya susah tidur cepat. 

Oh ya, selamat tahun baru! Walaupun sudah berlalu 21 hari tapi tetap saja ini tahun yang baru untuk dijalani. Dan selamat ulang tahun untuk Kak Sabda. 

Sebenarnya ada pertanyaan yang selalu berulang-ulang di kepala saya belakangan ini. Dan mungkin itulah yang membuat saya jadi susah untuk tidur cepat (selain karena memang saya tidak punya kesibukan yang bisa membuat saya lelah dan bisa tidur di jam normal). Well, sekarang saya sudah memasuki semester 4. Which means, ini adalah saatnya saya menyusun thesis guna mencapai gelar magister di bidang corporate communications *ciyeilah kaku banget bahasanya*. Dan sejujurnya perkara menyusun karya ilmiah memang tidaklah pernah mudah. Beruntunglah saya karena dikelilingi oleh orang-orang yang punya antusiasme yang sama dibidang penelitian. 

Tetapi sesungguhnya masalah penyusunan thesis ini bukanlah hal yang paling membebani pikiran saya belakangan ini. Bila boleh jujur, saya mulai takut. Iya takut... untuk menghadapi masa depan.

Hmm...

Secara singkat yang menjadi pikiran saya adalah, "apa yang akan saya lakukan setelah lulus s2?". Pertanyaan yang sangat tricky menurut saya. Dulu, ketika lulus s1, saya langsung memutuskan untuk melanjutkan pendidikan. Tidak mau bekerja dulu, tidak mau punya rutinitas yang boring, dan sebenarnya saya belum mau berhadapan dengan tanggung jawab dan bla bla bla urusan kantor lainnya. Selain itu, saya juga berpikir bahwa cita-cita saya dari dulu ialah ingin menjadi seorang pengajar. Maka dengan modal nekat (dan ngambek) saya memberanikan diri untuk meminta kepada kedua orang tua saya untuk melanjutkan sekolah. Sementara di sisi lain kakak saya menyarankan untuk bekerja dulu baru melanjutkan kuliah. Tetapi saya masih ngotot dan akhirnya disinilah saya sekarang... Jakarta.

Malam ini, setelah ngobrol seperti biasa dengannya saya jadi makin galau dengan masa depan saya. Apa yang akan saya lakukan setelah lulus? Tidur saja dan main game pokopang? Atau tunggu dilamar saja dan menjadi ibu rumah tangga? Atau ikutan program MT di perusahaan BUMN? Atau ikutan daftar CPNS? Atau bikin perusahan konsultan komunikasi? Atau ikutan kursus make up dan jadi MUA? Atau apa?

Beribu-ribu "atau" itulah yang membuat saya jadi tidak bisa tidur :(

Saya takut..

Takut ini semua tidak membawa saya kemana-mana. Saya takut karena ternyata semakin saya membaca banyak hal semakin saya merasa bahwa diri saya ini kecil. Saya takut pengorbanan yang dilakukan kedua orang tua saya tidak membuat mereka bangga kepada saya. Saya takut kalau pilihan yang saya ambil saat ini salah...

*SIGH*

Ketakutan-ketakutan itu akhirnya membuat saya googling. Dengan sangat dangkal saya menuliskan keyword di google "apa yang harus dilakukan setelah s2?". Dan kebanyakan artikel yang saya dapat ialah menjadi seorang dosen/peneliti. 

Saya memang sangat ingin menjadi dosen dan juga peneliti. Profesi yang mulia menurut saya karena membagikan ilmu kepada banyak orang. Tetapi sekali lagi, saya takut kalau apa yang saya pelajari selama ini belum cukup untuk berprofesi seperti itu. Kemudian saya terus mencari-cari artikel menarik untuk di baca. Dan saya menemukan satu artikel yang cukup panjang dan memiliki banyak komentar. 

Inti dari artikel yang saya baca itu sama persis dengan ketakutan dan kekhawatiran yang saya rasakan. Begitupula dengan orang-orang yang berkomentar di artikel itu. Saya baca semua komentar itu dan membuat kekhawatiran saya jadi mulai berkurang. Artikel itu mengingatkan saya kalau tidak ada yang sia-sia dengan melanjutkan sekolah. Dan juga membuat saya lebih bersyukur sebenarnya, karena banyak orang di luar sana yang ingin melanjutkan pendidikan tapi banyak halangan. 

Di dalam artikel itu menyebutkan bahwa yang paling penting itu bukan motivasi, tetapi komitmen. Satu hal yang saya akui kurang dalam diri saya. Dan mungkin karena itulah saya jadi gampang goyah dan ketakutan. Mungkin satu hal yang perlu saya lakukan ialah terus berkomitmen, pada apa yang saya cita-citakan. Pada janji untuk mama bapak di Makassar. Dan pada ilmu yang saya dapat selama ini.

Saya harus yakin, kalau tidak ada yang sia-sia di muka bumi ini. Insyallah...

Mungkin tulisan ini agak random, maklum ya saya sedang bingung. Dan bagi kalian yang juga mengalami kebingungan mengenai hidup, yakinlah..kamu tidak sendirian.

Semoga kita semua selalu bisa berkomitmen, pada apapun itu.

Amin.

p.s : dan mungkin komitmen ini harus dimulai dengan menyelesaikan membaca buku-buku yang sudah lama saya anggurkan.
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS