Malam Untuk Soe Hok Gie

27 Feb 2012


Hello fellas, how's life?

saya sih harapnya baik yah, seperti hari saya :)
postingan kali ini merupakan review buku terakhir saya untuk bulan ini. jadi tanpa basa-basi yuk cuss di baca review saya

Siapa yang tak kenal Soe Hok Gie, yah setidaknya lewat filmnya itu (walaupun jujur saya belum pernah nonton film itu -_-). buku dengan sampul ungu ini di tulis oleh Herlinatiens dengan jumlah halaman 264 lembar.

tokoh utama dalam buku ini menurut saya bukan si Gie itu, tapi seorang Kalsita. Perempuan ini hanyalah tokoh khayalan dari sang penulis karena sebenarnya tidak pernah ada nama Kalsita dalam sejarah percintaan Gie.

Kalsita ini sangat mencintai seorang Gie, hampir segala kegiatan yang ia lakukan hanya untuk Gie. Gie, Gie, dan Gie. Gie yang dengan lantang menentang kebijakan Soeharto, Gie yang lemah akan perempuan dan lain-lain semua dapat kita baca dari persfektif seorang Kalsita; perempuan yang tidak pernah di sebut namanya oleh Gie.

Kalsita yang merayu Soeharto, yang menggoda Ahmad Yani, yang menyayangi Letkol Untung. Semua, pokoknya semua kekacauaan yang ia buat dalam negara hanya untuk mengangkat nama Gie. Oh iya, dalam buku ini juga banyak disinggung tentang sejarah-sejarah.

Kalsita sangat mencintai Gie tetapi juga tidak dapat melepaskan Untung; lelaki yang rela menyingkirkan para jendral untuknya. Akhir kisah, Kalsita ditembak oleh perwiranya Untung setelah membaca surat cinta yang juga merupakan hadiah ulang tahun dari Untung.


Overall, buku ini sebenarnya bagus untuk di baca. karena banyak menyangkut sejarah, hanya saja kita harus berpengetahuan dulu tentang sejarah supaya tidak terprovokasi akan buku ini. kurang lebih begitulah review saya atas buku ini. ingat, buku ini cuma fiksi ;)



selamat membaca, fellas!

Go home soon, Yana.

25 Feb 2012

Yana, Yana sayangku
Apa yang kau lakukan di luar sana?
Mengapa kau berlari dari rumahmu?

Yana, Yana sayangku
Apa yang terjadi pada mentari di rumahmu?
Mengapa ia tenggelam dan rintik hujan menggenangi setiap sudutnya?

Yana, Yana sayangku
Kau tahu benar bahwa rumahmu tidak kuat pondasinya
Lalu mengapa kau bersedih ketika atapnya terbang?

Yana, Yana sayangku
Jangan memandangku dengan tatapan itu
Tidak akan membuat rumahmu membaik

Yana, Yana sayangku
Apa hatimu ikut terbang bersama atap itu?
Mengapa kau biarkan itu terjadi?

Yana, Yana sayangku
Seberapa mahal atap itu hingga membuatmu tenggelam seperti ini?
Terbuat dari apa atapmu?
Emaskah?
Bajakah?
Cintakah?

Yana, Yana sayangku
Hujannya terlalu deras
Jangan berlari terlalu lama dan jauh
Rumahmu menunggu untuk diperbaiki

Bad day! *tiup-tiup poni*

23 Feb 2012

Hello fellas, how's life? is everything going well today?

wufff, i had a bad day. bayangkan saja seharian ini tertimpa teriknya matahari dan bercucuran keringat. oh hem, sebelumnya saya mau bilang kalau postingan ini pure curhat saya :)

like a said before, i had a bad day. rumah saya jauh pakai embel-embel sekali dari kampus dan hal ini yang selalu buat saya berjuang keras datang ke kampus. sehari-hari juga saya cuma naik pete-pete 05 buat kesana kemari. sudah mandi dan sudah cantik, pete-pete juga sudah setia nunggu saya di depan lorong then we're cusss ke kampus. berhubung waktu saya berangkat ke kampus itu memang lagi jadwalnya matahari yang terik dan membuat saya jadi 'krik' sepanjang jalan jadi wajar saja kalau muka imut saya ini jadi kusut kayak baju yang belum di setrika.

terus pas lewat fly over tiba-tiba saya jadi mikir kalau di makassar ini kurang pohon-pohon yang besar. makassar sudah tidak sehijau dulu lagi -.-

kenapa sih malah ruko,mall,dan bangunan-bangunan tinggi yang di perbanyak? sedangkan pohon dan taman kota malah dibiarkan begitu saja? kenapa? hah?! kasihan kan para pengguna kendaraan umum dan para pejalan kaki! lah kalau naik mobil pribadi sih bisa santai-santai saja,wong kena ac dari dalam mobil, lah kite? angin alami plus asap knalpot deh yang nampar-nampar wajah cantik kita -_________-

well, harusnya pemerintah kota perbanyak pohon, contoh kek itu pohon-pohonnya pintu 1 unhas, banyak, besar, adem!

and guess what? setelah badan jadi bau ketek karena panas, pas sampai di kampus,tenyata sospol sedang mati lampu dan dosennya tidak masuk



what the hell lah -_- *tiup-tiup poni*

A love letter :)

20 Feb 2012

Halo ay, apakabar?

Mungkin kau heran mengapa aku menyakan kabarmu padahal aku tahu kau tidak sedang baik-baik saja. Aku tahu belakangan ini banyak hal yang membuat kepalamu itu mumet dan membuatmu semakin cepat marah. Karenanya ay, relaks lah sejenak. Kau terlalu penat.

Ay, kau ingat tidak hari ini hari apa? Kalau kau menjawab ini hari senin itu memang benar, tetapi bukan itu maksudku. Ah, aku tahu kau pasti ingat ini hari apa. Tetapi mengapa kau bersikap biasa saja, ay? Tidakkah ini membuatmu bersemangat? Ataukah kau masih tenggelam dalam kelelahanmu?

Bila iya, maka biar aku saja yang menyemangatimu. Tapi karena kau tidak suka aku berjoget konyol, maka mari kita bercerita tentang 365 hari yang lalu. Setuju?

Ingat tidak ay?  dulu kita tidak sedekat ini. Aku bahkan tidak begitu peduli akanmu. Tapi kau tidak. Boleh aku berbesar kepala sekarang?  Hehe :)

Kau pasti ingat ay,saat aku meminta tanda tanganmu untuk yang kedua kalinya di koridor sore itu. Kau tertawa tetapi tetap kau tanda tangani bukuku. Kau bukan artis,ay, makanya aku bisa melupakan bahwa aku telah meminta tanda tanganmu sebelumnya. Tidak ada kicauan burung atau senandung lagu cinta waktu itu. Aku belum jatuh.

Lama sekali setelahnya, kita masih begini saja. Datar. Biasa saja.

Anggap saja kita ini jalanan yang  terpisah, kita membutuhkan jembatan untuk menyatukan kita. Dan jrengggg, hadirlah jembatan itu.

Entahlah, kau memang pintar. Aku mengakui itu dari kuliah tambahan yang kau berikan pada tiap malam hingga menjelang subuh. Ingat tidak ay kalau kau menyarankanku untuk rajin membaca? Aku menuruti saranmu loh. Bukan buku filsafat seperti yang kau baca,atau buku cara membuat film dokumenter. Hanya buku sastra ay, berisi puisi-puisi.

Aku suka sekali saat kau akhirnya memberanikan diri ay. Rasanya itu seperti lulus ujian matematika. Bahkan sensasinya lebih dari itu!

Ay, aku buatkan puisi untuk kita. Agak konyol sih, tapi ini usahaku. Untuk 365 hari yang telah kita lalui, kau baca dan pahami yah ay

aku tidak pernah suka jatuh
karena aku tahu rasanya akan sakit
tetapi kau hadir dan menjadi pengecualian
kau menyediakan banyak pembenaran akan jatuh
kau bilang aku tidak suka jatuh karena aku belum mengenal cinta
kuakui itu benar
lalu kau mengajakku berlari
berlari dan terus berlari
hingga aku terjatuh
dan kau menangkapku dengan sigap
tidak membiarkanku jatuh dan terluka
kau bilang itulah cinta
hangat dan aman
aku suka jatuh sekarang
tetapi hanya padamu
aku suka jatuh dalam cintamu
hangat dan aman

bagaimana ay? Kau suka? Aku harap iya.

Aku tidak pandai menggombal ay,kurasa kau juga begitu. Jadi tidak apa bila tak ada kado untuk hari ini. 

Aku dan kau masih menjadi kita saja aku sudah luar biasa bahagia, ini cukup ay.

Terimakasih untuk 365 hari yang penuh dengan warna. Kau tahu dari segala amarah, tawa, canda, dan ketidakperdulian dalam hubungan ini telah berubah menjadi pelangi untuk hari-hari kita. Terimakasih ay untuk 365 hari ini. 

Aku mencintaimu dengan sungguh. 

Aku tahu kau juga begitu.

You and me together nothing gets better

p.s : aku suka 20 kita ay, karena sepuluh itu jemariku yang menggandengmu dan sepuluh yang lainnya jemarimu yang menopangmu. Kita berkecukupan. best wishes for us, longlast. Amin amin amin 

Hari Merah Muda

14 Feb 2012

Selamat hari merah muda, sayang. Kuucapkan setulus hatiku untukmu.
Hari ini bagi sebagian besar orang dihabiskan dengan saling menukar kado, saling bertukar kalimat cinta. 

Kita tidak melakukan apa yang mereka lakukan.
Lalu haruskah aku ragu akan cintamu?
Tidak, sayang.

Aku sudah sangat bersyukur karena masih memilikimu.
Dan kita masih bersama.
Tidakkah itu sudah lebih dari cukup?

Tak perlu ada bunga merah muda atau puisi, sayang.
Kita cukup berpelukan lewat udara sore ini. 

Hatiku sudah cukup merah muda karenamu.

Wajah Sebuah .....

Judul buku ini sebenarnya bukan sampai kata sebuah saja, ada lanjutannya. Yaitu alat organ vital perempuan. 

Don't judge a book by it's cover sangat berlaku buat buku ini bagi saya. Karena walaupun judulnya agak vulgar tapi isinya tidak. Buku karangan Naning Pranoto ini berkisah mengenai Mira, perempuan jawa yang disiksa oleh lelaki belanda. 

Awal ceritanya Mira ini hanya membantu suaminya berjualan bir. Dan salah satu tugasnya ialah mengantarkan bir kepada Mulder, lelaki asal belanda yang mengaku sebagai pemilik perusahaan tambang. Kamudian Mulder menggoda Mira, oh iya Mira ini nama aslinya Sumira tapi dia ubah karena setelah termakan oleh rayuannya si Mulder ini. Mira meninggalkan suaminya yang hanya seorang supir taxi. Kehidupan Mira setelah berubah drastis sejak hidup bersama Mulder. Ia langsung menjadi perempuan yang elit. Tapi segala kemewahan yang dirasakan Mira tidak bertahan lama. Sifat asli Mulder pun terungkap dan ia dengan tega menjual Mira kepada teman-temannya setelah disiksa terlebih dahulu.

Lalu Mulder membawa Mira ke bumi Afrika, tempat dimana ia mengiming-imingi Mira dengan emas dan perhisaan. Tetapi malang nasib Mira, ia malah lebih disiksa di negeri ini. Ia dikubur hidup-hidup oleh Mulder. Untungnya ada warga lokal disana yang menemukannya dan merawatnya.

Kisah derita Mira diakhiri dengan ditangkapnya Mulder oleh kepolisian setempat. Namun sayangnya Mira juga harus mengakhiri hidupnya saat itu juga.

Alur kisah ini cukup menarik walaupun ada beberapa dialog yang kurang saya pahami karena bahasa yang digunakan dalam cerita ini campuran antara bahasa belanda,jawa,dan afrika itu sendiri.

Overall, buku ini benar-benar layak untuk dibaca :)

Pilihan. Memilih. Terpilih

9 Feb 2012

Tentang pilihan kawan, tidak akan pernah menjadi sesuatu hal yang mudah.
Tidak semudah mencampurkan putih dan merah kemudian dengan sedikit adukan mereka menjadi warna baru.
Tidak juga akan menjadi begitu sulit.
Tidak sesulit melafalkan kalimat apa saja dalam bahasa yang benar-benar asing bagi lidah dan bibir.

Pun memilih juga tidak begitu berbeda.

Layaknya seorang petualang yang tengah dihadapkan pada dua jalur yang berbeda.

Menjadi terpilih juga tidaklah sebegitu menyenangkannya.

Bagai lansia yang terjebak dan pesta kembang api.

Maksudku kawan, mereka tidak akan pernah menjadi mudah untukku ataupun untukmu.


Hidup kita dikelilingi oleh banyak pilihan.

Mereka layaknya lingkaran yang tak ada habisnya.
Tidak berakhir hanya dengan dua atau tiga saja.

Lalu setelah kita menghabiskan banyak detik dalam hidup, kita akhirnya memutuskan untuk memilih.

Kita memilih pilihan mana untuk kita nikmati. Lalu mengabaikan pilihan-pilihan yang lain.
Apakah setelah memilih itu kau akan tenang?
Entahlah kawan.

Kita; aku dan kamu akhirnya tersadar.

Setelah pilihan dan setelah memilih, kita memiliki apa yang telah terpilih.
Entah itu kita dapatkan dengan peluh ataukah dengan senyum.

Aku hanya ingin memberimu sedikit nasihat. Berdetik-detik dalam hidup yang telah kita jalani dengan bermacam pilihan, juga dengan keberanian untuk memilih, maka jangan pernah kau sia-siakan apa yang telah terpilih. Karena waktu terus berlari, tanpa pernah menghiraukan kita; aku dan kamu.




"Aku mungkin pilihan yang kesekian dalam hidupmu, tetapi kau telah memilih untuk mengabaikan pilihan-pilihan yang lainnya untukku. Wajar saja aku kau sebut sebagai yang terpilih. Karena aku memang yang Ter-untukmu"

Black Interview (Jakarta, 100 tahun kemudian)

Buku ini ditulis oleh seorang pria bernama Andre Syahreza. Buku yang bercover hitam ini bukan berisi cerpen, walaupun memang semua cerita di dalamnya pendek-pendek.

Dalam buku ini penulis membagi tulisannya dalam enam chapter yang dimana tiap chapternya memiliki alur yang berbeda-beda. Penulisnya mengangkat Jakarta sebagai 'tokoh utama' dalam setiap ceritanya. Sesuai dengan taglinenya Jakarta 100 tahun kemudian ;alur-alur dalam ceritanya berkisar pada kehidupan penduduk di Jakarta.
Gaya penulisan dalam buku ini cukup menarik dan bahasa yang digunakan juga santai saja dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk dicerna. Dalam setiap cerita dalam buku ini pasti ada cuplikan wawancara, dan inilah menurut saya bagian yang paling menarik. Selain karena ini membuat buku ini menjadi berbeda, setiap akhir dari wawancara juga mengundang tawa atau paling tidak senyum dari saya.

Kehidupan Jakarta dalam buku ini sangat imajinatif, karena banyak hal yang tabuh dan tidak biasa malah menjadi tren dalam kehidupan pada masa itu, atau juga malah sebaliknya.
Penasaran? Silahkan baca sendiri bukunya, dijamin terhibur :))
 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS